Sudah Tahu Love Language, Sekarang Cari Tahu How We Love! Bagaimana Kita Mencintai?

Teori tentang Love Language mungkin sudah cukup familiar bagi kita, bahkan sudah banyak dipakai juga dengan berbagai modifikasi istilah bisa itu bahasa cinta atau baterai cinta, dimana pokok bahasannya serupa. Ada satu teori yang tidak kalah menarik untuk kita ketahui yaitu How We Love, bagaimana cari kita mencintai. Teori yang dilandaskan pada pengalaman kita sejak anak-anak yang menciptakan ekspektasi seperti apa yang diharapkan dalam hubungan khususnya pasangan. Dari sini kita bisamengetahui bagaimana kita menerima dan mengekspresikan kasih sayang dan bagaimana kita berinteraksi dalam hubungan. 



Tentang Why We Love

Awalnya saya pikir teori ini hanya tentang bagaimana kita mencintai, mengekspresikan kasih sayang, namun ternyata lebih dalam dari itu. Pengelompokan ini berdasarkan pada pengalaman kita dimasa lalu, yang dimulai ketika kita masih anak-anak dari bentuk cinta seperti apa yang kita terima juga kecenderungan kita mengekspresikan cinta itu sendiri. Dari sana akan terentuk pandangan kta tentang kasih sayang dan ekspektasi yang kita bangun dalam hubungan. Dengan mengetahui how we love, kita sudah mulai perjalanan untuk menjadi penghubung yang lebih baik atau secure connector.

Teori ini dirilis oleh Milan dan Kay dalam buku berjudul sama, How We Love: Discover Your Love Style, Enhance Your Marriage yang dibuka dengan pertanyaan sekaligus pernyataan, what if we told you that your marriage problems began before you got married? Penulis adalahs epasang suami istri yang juga sama-sama berjuang dalam pernikaha, yang kemduian menemukan bahwa apa yang mereka bawa dari masa lalu telah membentuk pernikahan yang dijalani saat ini. Maka mereka mulai untuk mengurainya satu per satu dan mulai membangun ikatan yang lebih baik satu sama lain.

Nah, kita lanjutkan pada teorinya. Dalam teori tersebut, ada enam kelompok yang dipisahkan dari kecenderungan masing-masing orang, antara lain adalah:

  • The Avoider

Tipe ini kurang menyukai hubungan yang terlalu intim, mereka berharap hubungan yang dimiliki adalah hubungan individu independen yang tidak terlalu bergantung satu sama lain. Biasanya mereka yang termasuk kelompok ini tumbuh dalam keluarga yang kurang hangat dan mengutamakan indepensi, bergantung pada masing-masing diri. Mereka memang terbiasa tumbuh mengandalkan diri sendiri, sehingga biasanya mereka akan membatasi perasaan sendiri dan menekan kebutuhannya. 

  • The Pleaser
Sesuai dengan namanya, orang dalam kelompok ini sangat mengutamakan kebahagiaan orang lain, meletakkan kepentingan orang lain diatas dirinya sendiri. Mereka akan berusaha membuat orang lain bahagia sehingga sulit mengatakan tidak atau menetapkan batasan karena mereka tidak tahan jika seseorang kesal pada mereka. Tipe ini biasanya tumbuh dalam lingkungan yang sangat protektif atau bisa dibilang otoriter sehingga mereka terbiasa tumbuh patuh untuk menghindari masalah atau menimbulkan reaksi negatif orang tuanya. Mereka mengabaikan ketidak nyamanan sendiri karena hanya fokus pada kenyamanan orang lain baik itu orang tua maupun saudaranya. Akibatnya mereka kesulian mengekspresikan perasaan sendiri atau mengetahui apa yang diinginkan. 
  • The Vacillator
Diterjemahkan sebagai bunglon, tipe ini biasanya memiliki ekspektasi tertentu dalam hubungan tapi tidak kunjung merasamendapatkan. Biasanya  mereka menghabiskan banyak waktu untuk merenungi kekecewaan diri sendiri dan berpikir mengapa menjalin hubungan begitu rumit. Pribadi seperti ini biasanya dibesarkan oleh orang tua yang tidak terprediksi. Tanpa kepastian kasih sayang dan perhatian, mereka akan merasa bahwa kebutuhan mereka bukanlah prioritas bahkan merasa diabaikan. Ketika ada kasih sayang yang muncul, mereka sudah merasa lelah dan marah karena telah lama menunggu. Sehingga mereka tumbuh menjadi orang dewasa dengan bayangan ideal tentang hubungan agar bisa mengabaikan penolakan yang pernah diterima. Nyatanya, hubungan tidak akan pernah benar-benar ideal, sehingga mereka sering kali merasa kecewa. 
  • The Controller

Orang dalam kelompok ini menyukai segala hal dibawah kendalinya dengan alasan agar tidak dimanfaatkan. Kecenderungan ini didapatkan sebagai cara bertahan dari pengalaman rapuh atau menyakitkan dimasa lalu. Dengan mengendalikan, mereka merasa bisa melindungi diri sendiri dari rasa takut, direndahkan, tidak berdaya yang dimiliki ketika masih belia. Karena marah bukanlah emosi yang rentan, maka mereka sering menggunakannya bersama intimidasi. Sebenarnya, mereka sendiri tidak benar-benar memahami kenapa perlu mengontrol hal-hal yang dikontrol tersebut. Mereka hanya melindungi diri dari apa yang pernah terjadi sehingga sulit memiliki kasih sayang bahkan pada diri sendiri dan ini jelas berakibat pada hubungan dewasa yang dimiliki.  

  • The Victim

Kelompok ini cenderung diam mengabaikan kebutuhannya sendiri karena merasa aman untuk mengikuti arus saja. Biasanya orang dengan tipe ini tumbuh dalam lingkungan yang cukup berantakan, dimana mereka menganggap lebih aman untuk tidak terlihat tidak terdengar. Mereka bersembunyi, menenangkan, kadang juga jadi menlorensi hal-hal yang sebenarnya tidak bisa ditoleransi. Kebiasaan ini membuat mereka sulit untuk hadir sepenuhnya agar bisa melindungi diri dari lingkungan yang berantakan, penuh amarah juga pengabaian.  Biasanya mereka menjadi pribadi yang rendah diri dan sering merasa cemas atau bahkan depresi sehingga terus memilih untuk diam dan mundur.
  • The Secure Connector
Bisa dibilang kelompok inilah yang menjadi tujuan kita, setelah selesai dengan berbagai masa lalu yang pernah terjadi. Dimana orang ini akan emrasa nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, bisa mengatasi konflik hinggaberbagai emosi, dan mampu untuk memberi juga menerima. Ketika butuh, mereka tidak ragu untuk mengatakannya. Mereka mengusahakan hubungan yang seimbang antara memberi dan menerima, mampu mendeskripsikan kekuatan dan kelebihan secara apa adanya, serta mampu mengekspresikan apa yang dirasa. Tipe ini tumbuh dalam lingkungan yang terbiasa menyelesaikan konflik dengan baik, sehingga mereka tahu bahwa tidak ada yang sempurna, kesalahan bisa terjadi, dan kita bisa memperbaikinya. Dengan begitu, mereka juga tidak ragu untuk menolak sesuatu, bisa beradaptasi, dan cenderung mencari bantuan nyata dari orang bukan barang. 


Mencari Tahu Love Style Kita

Tipe apapun itu, kita perlu memahami dulu bahwa kita adalah makhluk sosial, yang membutuhkan orang lain, yang tidak bisa hanya bergantung pada diri sendiri. Kadang kita merepotkan, kadang kita direpotkan, begitulah hakikat kita sebagai manusia. Maka ketika kita berlari dari fakta itu, kita tidak bisa benar-benar hidup dengan sepenuhnya, dengan perasaan lepas bahagia. Dan memang perlu kita akui pula, memiliki hubungan kadang memang merepotkan, menambah peran dan pekerjaan kita, namun lagi-lagi memang begitulah adanya. Bagi saya, karena memang itu yang perlu kita jalani, maka jalani dengan baik, dengan semestinya semampu kita. Menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pasangan yang lebih baik, menjadi phak yang mau berusaha dalam hubungan yang dipunya.

Kita bisa mengetahui kecenderungan kita dengan menjawab pertanyaan singkat dari laman resminya ini https://howwelove.com/love-style-quiz/

Ada cukup banyak pernyataan yang bisa kita jawab dengan yes atau no, jadi sebenarnya tidak akan memakan waktu yang panjang. Setidaknya sediakan waktu sekitar sepuluh atau lima belas menit, karena mungkin ada pernyataan yang bisa langsung kita jawab, ada pula yang perlu direnungkan dulu karena tidak tahu. Tapi semuanya akan sepadan. 

Dari jawaban itu akan diberi semacam grafik yang menunjukkan kecenderungan kita dikelompok yang mana dengan skor maksimal 15. Saya mendapatkan skor 13.5 untuk salah satu kelompok dan skor 11 untuk kelompok lainnya. Meski awalnya sempat kaget, tapi setelah benar-benar membbaca penjelasan saya bisa menerima. Oh ternyata ada hal yang membuat saya cenderung bersikap begini. Sehingga, ini menjadi hal yang menarik untuk diulik, perkara diri kita sendiri. 

Setelah mengetahui kelompok tersebut, sebaiknya kita menindak lanjutinya baik dengan membaca buku, membeli produk digital, ataupun melakukan konseling yang semuanya tersedia secara mudah di laman tersebut secara berbayar dalam kurs dollar. Tapi tenang, ada beberapa tools juga yang disediakan secara gratis, bisa kita lihat ditautan freebies HWL. Kita bisa coba menelaah sendiri dan menyadari bagaimana kita hari ini adalah akibat dari apa yang kita terima hari-hari lalu. Trauma yang kita miliki akan mengundang orang dengan trauma yang sama, seperti tipe pleaser yang menarik tipe controller dan melanjutkan hubungan generasional yang tidak sehat. Untuk menjadi cycle breaker, menjadi orang tua yang lebih baik, maka pekerjaan selanjutnya adalah memahami diri sendiri lalu memutus rantai turun temurun tersebut. Menjalaninya dengan sadar, terus belajar, atau melakuan konseling rutin untuk mendapatkan bantuan. Pilih mana yang paling nyaman, asal diusahakan. Semangat!



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!