Beberapa hari terakhir, sepertinya media sosial kita cukup dihebohkan dengan berakhirnya Serial Korea berjudul Queen of Tears. Tayang setiap Sabtu Minggu di Netflix, drama ini berhasil menduduki peringkat teratas drama TvN dengan rating penutup hampir 25%. Angka itu menunjukkan banyaknya penikmat drakor yang menyaksikan drama ini. Ditambah dengan berbagai cuplikan dan pembicaraan setelahnya, membuat siapa yang belum menyaksikan seakan ketinggalan. Namun, tidak perlu risau, karena ada beberapa alasan yang menguatkan bahwa tidak apa tidak menyaksikan, tidak apa tidak mengikuti keseluruhan ceritanya.
Sejak munculnya pemberitaan tentang kerja sama antara Kim Soo Hyun dan Kim ji Won dalam satu serial drama ditahun lalu, saya sudah mencatat bahwa saya akan menonton drama mereka, tidak peduli ceritanya tentang apa. Lalu diketahui lagi bahwa genrenya adalah komedi romantis, salah satu genre favorit saya. Tentu semakin bersemangat menunggu tayangnya drama tersebut pada Maret lalu.
Episode-episode awal berisi semacam perkenalan antara kedua tokoh utama lengkap dengan latar belakang mereka masing-masing. Hong Hae In (Kim Ji Won) sebagai direktur utama pasaraya sekaligus keluarga pemilik sedangkan Baek Hyun Woo (Kim Soo Hyun) dari keluarga sederhana di pinggiran kota yang menjabat sebagai direktur hukum. Dengan alur maju mundur, kita paham bahwa kedua orang ini sedang dilanda masalah pernikahan, komunikasi mereka memburuk setelah beberapa tahun menikah, seolah kasih yang dulu bersemi sudah bergururan semua.
Ditengah perbedaan kondisi mereka yang semakin kentara dan istri yang semakin dingin, Hyun Woo berpikir untuk menyelamatkan dirinya sendiri melalui perpisahan. Diam-diam ia sudah bersiap untuk keluar dari lingkaran keluarga konglomerat tersebut. Namun disaat yang bersamaan, Hae In memberitahunya bahwa usianya tidak lama lagi akibat penyakit langka yang ia derita. Dari sinilah, kisah cinta lama bersemi kembali antara pasangan ini dimulai. Dan disini jugalah, sulit untuk menemukan adegan romcom sesuai yang disebutkan pada genre drama ini.
Saya sendiri tidak bisa menganggap komedi apa yang ditampilkan karena tokoh utamanya saja sudah begitu memprihatinkan kondisinya. Hae In yang sejak awal digambarkan dingin tapi sebenarnya lembut hati ditimpa berbagai masalah. Ia anak sulung yang terlahir dari keluarga konglomerat yang dikepalai oleh sang kakek, jadi tipikal cerita serupa akan ada perebutan hak waris yang membuat ia bekerja sangat keras. Ditambah dengan ia dituduh sebagai penyebab meninggal kakaknya oleh ibu kandungnya sendiri. Ia tidak akrab dengan keluarganya sendiri. Sekarang ditambah dengan penyakit langka itu. Dan dilanjutkan dengan tingkah para tokoh antagonis dari pihak luar yang terus menyusahkan.
Setelah menyelesaikan keenam belas episodenya, sebenarnya saya cukup puas dengan keseluruhan ceritanya, terlepas dari hal-hal dramatis dan konflik-konflik yang sebenarnya tidak perlu ada. Buah kerja keras dari seluruh tim yang mengerjakan proyek drama ini menghasilkan rating yang sangat memuaskan. Mungkin apa yang ditawarkan sesuai dengan selera mayoritas pasar. Mungkin memang cerita fiksi dramatis begini yang diinginkan. Mungkin banyak dari kita yang ingin sejenak bisa lupa dengan masalah sendiri dengan menyaksikn masalah kompleks orang lain, dalam hal ini tokoh fiksi dilayar sana. Mungkin kita hanya penasaran dengan potongan selanjutnya karena terlanjur teraduk emosi dengan potongan adegan sebelumnya. Mungkin memang naik turun emosi itu yang kita cari.
Singkatnya, jika ingin menyaksikan apa yang menjadi perbincangan belakangan ya silahkan. Jika tidak ya tidak apa karena tidak akan ketinggalan apa-apa juga. Ada bagian-bagian yang disajikan cukup rapi seperti karakter dari masing-masing tokoh serta perkembangan mereka. Mulai dari tokoh Hae In yang digambarkan dingin namun juga memiliki sisi lembut dan cute. Tokoh Soo Cheol (adik Hae In) yang tidak kompeten namun ternyata bersifat sangat kebapakan. Keluarga Hyun Woo khususnya sang ibu yang sangat bijaksana, serta ayah Hae In yang tidak ambisius sama sekali dengan karir menterengnya. Ada pula adegan-adegan yang cukup mengena dihati, bahkan bisa membuat kita menitikkan air mata, dan masih saya kenang hingga sekarang. Ditambah dengan deretan soundtrack yang terus terngiang di telinga.
Mungkin ini memang bukan jenis drama favorit saya, karena tidak bisa dikatakan menghibur, tidak bisa juga dikatakan mencerahkan dengan pelajaran-pelajaran kehidupan, juga tidak pula menambah pengalaman dengan merasakan apa yang dirasakan tokoh. Ceritanya terjahit dalam adegan-adegan yang kadang sulit diterima logika, dengan alur yang agak mengada-ada dan adegan yang terlalu dramatis.
Jadi, ini cukup sekedar sebagai tontonan yang berpotensi membuat kita mengalami naik turun emosi. Sekian ulasan dari saya, yang tidak merasa rugi telah menyaksikannya namun sayangnya juga tidak akan merekomendasikannya.
Salam, Nasha