Distracted Parenting, Tren Pengasuhan Masa Kini yang Berpotensi Merusak Silaturahmi
Mungkin tidak asing bagi kita menyaksikan pemandangan anak bermain didepan orang tua yang fokus pada gadget mereka. Mungkin juga kita salah satu dari orang tua yang demikian. Saking maraknya, pola pengasuhan begini disebut sebagai satu fenomena bernama distracted parenting. Sebenarnya hal ini bisa dipahami karena hampir semua urusan kini perlu kita lakukan melalui ponsel dalam genggaman. Namun para ahli sudah meneliti kejadian ini hingga sampai pada beberapa kesimpulan yang kurang menyenangkan. Pola asuh terdistraksi itu memiliki beberapa resiko, yang jika sempat mengamati beberapa saat mungkin akan kita temukan sendiri, dampak nyatanya pada diri kita sebagai orang tua, pada anak-anak kita, juga pada hubugan diantara keduanya.
Distracted Parenting
Dalam New York Post pada 2017 lalu, diskusi para dokter spesialis anak tentang screen time menemukan suatu kondisi baru yang perlu dibahas yakni kebiasaan screen time para orang tua. Meski belum semasif sekarang, namun ditahun itu, handphone sudah berganti nama menjadi smartphone, sebuah perangkat yang berisi begitu banyak hal mulai dari pesan instan, media sosial, hingga berbagai aplikasi mengedit dokumen. Kecanggihannya membuat candu, kecepatannya membuat aktivitas menggulir layar menjadi tak terasa, kadang hingga membuat kita tenggelam dalam racikan audio visual yang ditampilkan. Sayangnya, kekaguman kita pada kehebatan perangkat tersebut sering membuat kita lupa diri, lupa pada lingkungan nyata yang sedang dihadapi, sehingga menjadi kurang responsif pada apa yang terjadi. Salah satunya dalam pengasuhan yang sedang kita kerjakan, orang tua yang teralihkan, tidak fokus pada anak-anak yang ada di hadapan mereka. Inilah yang menjadi dasar istilah distracted parenting.
Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang membahasnya tentang pola pengasuhan ini. Bagaimana karakteristiknya, dampak-dampaknya, hingga apa yang perlu dilakukan untuk menyiasati keadaan ini. Dalam berbagai kajian tersebut, para ahli sepakat bahwa distracted parenting memiliki banyak dampak negatif hingga resiko yang cukup memprihatinkan terutama pada anak serta hubungan keduanya. Jika dirinci, resiko tersebut antara lain adalah:
- Mengancam keselamatan anak
- Merenggangnya hubungan orang tua dan anak
- Menghambat pertumbuhan anak, terutama bagian bahasa, kognitif, juga regulasi diri
- Perilaku menantang untuk mendapatkan perhatian
- Anak merasa kurang dihargai
- Orang tua cenderung reaktif, merespon tingkah anak dengan berlebihan
Cukup mengerikan rasanya hanya dari membahas resiko-resiko diatas saja. Hal-hal itu sudah terbukti secara ilmiah dan bisa kita rasakan sendiri. Mungkin ada harinya kita begitu, mungkin dulu kita pernah seperti itu, sayang sekali kita tidak menyadari. Kita yang sedang mengasuh, kita yang teralihkan pada layar, kita yang meremehkan pengasuhan, kita yang tidak bersungguh-sungguh hadir untuk mereka yang menganggap kita adalah dunianya.
Fakta menarik lainnya, adalah bahwa orang tua zaman kini memiliki lebih banyak waktu bersama dengan anak mereka dibandingkan orang tua zaman dulu. Penelitian yang dikhususkan pada ibu bekerja pada 2018 menunjukkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu mengasuh anak dibandingkan dengan ibu-ibu pada sekitar tahun 1960-an. Sayangnya, kehadiran raga tersebut tidak diiringi dengan kehadiran jiwa. Tubuh memang lebih banyak hadir, tapi kedekatan emosional justru jauh menurun. Keterikatan hubungan orang tua dan anak bisa dibilang berada dalam kualitas yang rendah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kecanggihan teknologi memungkinkan kita melakukan banyak hal tanpa menggerakkan tubuh untuk bepergian. Dari rumah saja, sembari membersamai anak, kita bisa mengurus banyak hal. Bisa jadi inilah yang membuat waktu kebersamaan kita dengan anak menjadi panjang. Meskipun sedang mengawasi mereka, ada banyak pekerjaan kita yang dimudahkan dengan teknologi gadget tersebut. Banyak juga silaturahmi yang terjalin berkat aktifnya kita dengan perangkat itu. Tidak mungkin rasanya kehidupan kita dipisahkan dari alat canggih itu. Tapi ada banyak pula resiko yang ingin kita hindari dengan tetap ponsel dalam genggaman. Kembali ke diri kita sendiri, bagaimana kita bisa menyeimbangkan hal-hal tersebut. Bagaimana kita mengatur agar tidak ada yang terbaikan, bagaimana kita berkomunikasi sehingga semuanya bisa merasa cukup adil, serta bagaimana kita sendiri menyadari dengan penuh bahwa apa yang kita lakukan memiliki dampak dimasa depan.
Salam, Nasha
0 Comentarios
Mau nanya atau sharing, bisa disini!