Bukan Hanya Akademis, Ada 9 Kecerdasan Bisa Dilatih yang Membuat Anak Sama Hebatnya

Menyaksikan ajang kompetisi akademik baru-baru ini mungkin membuat kita melihat anak sendiri sembari bertekad dalam hati untuk menjadikan mereka secerdas mahasiswa yang tampak cemerlang di layar kaca sana. Mulai berpikir apa saja yang diperlukan juga bagaimana melatihnya. Ini semangat yang baik dan motivasi yang positif bagi orang tua dan anak. Apalagi acara ini semacam pembaharuan agar yang menjadi sorotan memang benar patut dibanggakan. Disisi lain, kita juga perlu sadar bahwa kecerdasan bidang akademis atau area logika matematis bukanlah satu-satunya indikator kecerdasan anak. Masih ada area kecerdasan lain yang bisa kita latih sesuai dengan kemampuan masing-masing anak yang membuat mereka sama hebatnya. 

 



Area Kecerdasan 

Bisa dibilang area kecerdasan yang paling banyak mendapat perhatian dan sering dilombakan itu adalah kecerdasan logis matematis, sama seperti ajang yang baru-baru ini dilaksanakan oleh salah satu lembaga kursus di Indonesia, Clash of Champions. Saat bersekolah dulu kta juga tidak asing dengan kuis, lomba cerdas cermat, hingga olimpiade yang mayoritas mempertaruhkan kecerdasan kita pada sisi akademis, area kecerdasan logis matematis tersebut. 

Padahal, menurut teori kecerdasan paling dikenal milik Howard Gardner yakni Theory of Multiple Intelligence ada delapan area keceradasan lainnya yang bisa jadi lebih unggul kita miliki. Area kecerdasan tersebut antara lain:


  • Kecerdasan Linguistik (word smart)
Kecerdasan yang berhubungan dengan bagaimana seorang anak dapat menerjemahkan pikirannya dalam kata-kata yang rapi dan mudah dimengerti. Karkteristiknya ada pada kemampuan membaca, menulis, bercerita, juga menghafal informasi lisan maupun tulisan.


  • Kecerdasan Logika Matematis (number/ reasoning smart)
Anak yang bisa menyelesaikan soal perhitungan, nalar yang cepat terhubung, menganalisis persoalan dengan logis karena kecerdasan pada area ini berkaitan dengan konspetual angka, hubungan, juga pola. 


  • Kecerdasan Spasial (picture smart)
Spasial berhubungan dengan gambar, sehingga kecerdasan spasial dapat diartikan dengan kemampuan anak dalam memahami warna, arah, juga ruang dengan tepat. Mereka mudah dalam menafsirkan gambar, pola, grafik hingga lukisan.


  • Kecerdasan Kinestetik (body smart)
Kecerdasan kinestetik atau jasmaniah berarti kemampuan anak dalam menggerakkan tubuhnya, artinya mereka memiliki kontrol dan kooordinasi motorik yang baik antara berbagai anggota tubuh sehingga bukan hanya aktivitas atelitis seperti olahraga, mereka juga terampil dalam mengingat gerakan hingga menciptakan karya dari olah fisik tubuhnya. 


  • Kecerdasan Interpersonal (people smart)
Ketika kita berhubungan dengan orang lain, juga dibutuhkan kecerdasan yang disebut kecerdasan interpersonal. Artinya anak-anak yang cerdas pada area ini lebih mudah menjalin hubungan dengan orang lain, mudah menyesuaikan diri, lebih peka dan mudah berempati juga mampu berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya mereka mampu melihat situasi dari berbagai perspektif membuatnya memiliki pemahaman yang lebih luas dan lebih cepat pula menyelesaikan konflik.


  • Kecerdasan Intrapersonal (self smart)
Berbeda dengan interpersonal yang berhubungan dengan orang lain, kecerdasan intrapersonal berhubungan erat dengan diri sendiri. Dengan kecerdasan pada area ini, anak dapat menyadari emosi, perasaan, dan kondisi dirinya sendiri yang akan membantunya dalam mengevaluasi diri secara keseluruhan. Dari sini, anak juga lebih mudah untuk mengelola emosinya sehingga lebih bijaksana dalam kehidupan.


  • Kecerdasan Naturalis (nature smart)
Sesuai namanya, kecerdasan pada area ini berkaitan dengan ketertarikan anak terhadap alam di sekitarnya. Anak yang cerdas naturalis lebih peka terhadap lingkungannya dan bisa lebih selaras pada alam sekitarnya termasuk para makhluk hidup didalamnya. 


  • Kecerdasan Musikal (music smart)
Ada pula anak yang cepat menangkap suara, cepat menghafalkan berbagai lagu dengan nada yang tepat juga senang mendengarkan dan bersenandung, bisa dikatakan anak tersebut memiliki kecerdasan musikal. Ia mampu mengenali juga membedakan suara dari berbagai jenis sumber baik alat musik ataupun tidak serta sensitif terhadap suara yang bahkan dilewatkan begitu saja oleh orang lainnya. 


  • Kecerdasan Eksistensial (philosopical smart)
Terakhir adalah kecerdasan yang juga dikenal dengan kecerdasan spiritual atau moral, ketika seseorang cenderung mempertanyakan dan ingin mencari tahu jawaban tentang kehidupan juga eksistensi yang lebih besar dari dirinya. Mereka sensitif terhadap apa yang terjadi dan menganalisa hal-hal lebih dalam dari sekedar yang tampak dipermukaan oleh orang kebanyakan. 


Bisa dikatakan dari kesembilan area kecerdasan itu, yang paling bisa kita lihat dan ukur memang adalah kecerdasan logika matematika dan yang paling kompleks adalah kecerdasan eksistensial. Kembali lagi, setiap kita memiliki kecerdasan itu namun ada yang lebih unggul dibanding yang lainnya, dan itu tidak menjadikan satu atau dua golongan saja yang lebih istimewa. Setiap anak dengan keunggulannya masing-masing sama hebatnya.


Melatih Anak sesuai Kecerdasan

Setelah mengetahui kesembilan area kecerdasan anak tadi, mungkin kita sudah memiliki bayangan kira-kira anak kita lebih unggul dalam kecerdasan yang mana. Banyak lembaga yang kini menyediakan layanan untuk kita mengetahui area kecerdasan yang anak miliki, yang bisa kita akses secara bebas. Jika tidak, memperhatikan anak dalam keseharian juga bisa kita lakukan untuk menilai kecerdasan mana yang saat ini lebih unggul mereka miliki. Namun dibalik itu semua, kita juga perlu memahami bahwa tingkat kecerdasan itu dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, dan bisa berubah entah itu naik ataupun turun seiring berjalannya waktu dan aktivitas yang dilakukan. Maka dalam mengasah kecerdasan anak, hal yang tidak boleh kita lupakan adalah minat mereka sendiri. Bisa jadi mereka cerdas disatu bidang namun lebih menikmati berlatih dibidang lainnya. Tidak apa, beri mereka keleluasaan untuk menentukan sedangkan kita memberi dukungan, memfasilitasi aktivitas yang bisa melatih area kecerdasan yang ingin diasah tersebut. 


Mengasah Kecerdasan Logika Matematika

Anak yang suka berhitung juga cepat menyelesaikan persoalan logika mungkin yang paling mudah kita temukan cirinya, lebih mudah pula kita temukan latihan untuk mengasahnya, karena ini berhubungan dengan akademik. Sejak balita mereka bisa dikenalkan dengan penjumlahan ataupun pengurangan benda, bahkan sudah bisa diajari membaca. Mereka juga cepat menghafal simbol yang kemudian mempercepat proses mereka bisa membaca. Ada metode seperti sempoa atau kumon yang akan sesuai dengan area kecerdasan mereka, bahkan kini juga ada latihan coding bagi anak-anak usia dini.


Mengasah Kecerdasan Kinestetik

Lalu anak yang cerdas secara kinestetik akan terlihat dari aktivitas harian mereka yang sangat aktif bergerak. Apa yang bisa dilakukan dengan berjalan saja, mereka justru berlari hingga melompat salah satunya. Mereka tidak betah duduk berlama-lama namun sangat bersemangat untuk aktivitas fisik. Kita bisa mengarahkan mereka untuk ikut kegiatan renang, sepatu roda, dan bela diri, dan berbagai aktivitas olahraga lainnya. Sekarang banyak kelas atletis yang tersedia bahkan dari anak usia tiga tahun.


Mengasah Kecerdasan Musikal

Begitu juga dengan area kecerdasan musikal, meski tampaknya tidak terlalu kentara tapi kita bisa memperhatikan pada anak yang pandai menyimak apa yang ia dengar, bisa dengan cepat menirukan apa yang ia dengar lengkap dengan intonasi dan nadanya dengan tepat. Kecerdasan ini bisa dilatih dengan mengikutkan anak pada berbagai aktivitas musik seperti kursus alat musik sesuai dengan yang ia inginkan hingga kursus bahasa yang fokus pada percakapan. 


Mengasah Kecerdasan Spasial

Ketika berhubungan dengan visual, anak dengan kecerdasan spasial akan menikmati permainan seperti puzzle juga maze. Dengan kemampuan mereka dalam memvisualisasikan dan mengenali pola, mereka tidak akan kesulitan saat mengenali arah, membaca peta, membaca grafik, serta menyusun puzzle dan makna tersembunyi dari gambar ataupun video. Mereka menyukai aktivitas mewarnai dan menggambar, lebih daripada anak-anak pada umumnya. Sehingga untuk mengarahkannya bisa kita fasilitasi dengan area untuk mereka berkreasi dan alat-alat yang sesuai hingga mengikutkan dalam kelas gambar maupun desain.


Mengasah Kecerdasan Interpersonal

Mungkin ini jenis kecerdasan yang tidak terpikirkan oleh banyak orang, karena sebagai makhluk sosial memang sudah sepatutnya kita memiliki kecerdasan interpersonal. Namun anak dengan keunggulan diarea ini, memiliki kelebihan dibanding anak lainnya pada usia yang sama. Jika teman sebayanya butuh waktu untuk bisa berinteraksi, mereka lebih cepat beradaptasi bahkan menjadi inisiator dalam kelompok pertemanan. Mereka juga yang lebih cepat tanggap atas berbagai keadaan yang dialami orang lain. Sering-sering mengajak mereka pertemuan untuk bersilaturahmi, ajak anak ikut serta kegiatan komunitas atau sukarela seperti berbagi makanan dengan yang membutuhkan, akan terus mengasah kecerdasan interpersonal mereka, menjadikan mereka lebih istimewa sebagai manusia.


Mengasah Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal bahkan lebih tidak tampak lagi dibanding interpersonal karena cenderung hanya berhubungan dengan diri anak sendiri. Namun dengan kecerdasan ini, anak lebih bisa memahami dirinya sendiri, menghargai hidup yang ia jalani, tahu apa yang ia mau dan yang tidak. Dengan kecerdasan ini, anak bisa mengevaluasi sendiri apa kelebihan dan kekurangannya, keadaan apa yang memancing emosinya, dan akan lebih mampu dalam mengekspresian emosi tersebut. Untuk terus menghidupkan kecerdasan ini, kita perlu sering terlibat percakapan dengan anak, menjawab pertanyaan mereka meski kadang sulit untuk mencerna apalagi menjelaskannya. Beri anak ruang merenung sembari terus mengafirmasi positif tentang dirinya. 


Mengasah Kecerdasan Naturalis

Dalam dunia yang kita jalani sekarang, seolah alam sudah tidak bisa jalan beriringan. Padahal, semakin memprihatinkannya kondisi lingkungan kini, semakin dibutuhkan kecerdasan naturalis bagi kita untuk bertahan. Anak-anak yang peduli dengan lingkungan, mungkin akan banyak tidak sepaham dengan mayoritas orang nantinya, tapi kecerdasan ini sangat penting untuk dijaga. Beri anak kesempatan untuk memiliki hewan peliharaan, ajak ia bercocok tanam dan beri tanggung jawab dalam merawatnya. Tidak lupa isi waktu liburan dengan berkunjung ke taman atau alam terbuka yang semakin mengasah kecerdasannya.


Mengasah Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan ini merupakan area yang paling kompleks dan akan sulit dicerna dengan logika kita. Apalagi cirinya akan sulit tampak bagi kita. Namun tugas kitalah untuk mengarahkan mereka sesuai dengan fitrahnya, mengenalkan tauhid sejak mereka masih belia. Mengenalkan Tuhan yang menciptakan kita semua, yang memberikan anak apa yang mereka punya. sebagai mkahluk tugas kita untuk mematuhiNya, ada yang bisa kita terima dengan logika, ada pula yang perlu kita kerjakan saja seperti Nabi Ibrahim dengan perintah menyembelih putranya. Mungkin pertanyaan mereka akan sangat tiba-tiba dan menantang pikiran kita, tapi kita perlu tetap tenang dan jika tidak tahu minta waktu untuk mencari tahu. 


Menurut saya, penting bagi kita untuk mengasah hampir semua kecerdasan tersebut karena semuanya diperlukan untuk kita hidup. Mulai dari kecerdasan eksistensial yang menjadi dasar bagi anak menjalani hidup sebagai makhluk, lalu kecerdasan intrapersonal agar ia tahu siapa dirinya juga kecerdasan interpersonal untuk ia bisa berhubungan baik dengan orang lain serta kecerdasan naturalis agar ia bisa memperjuangkan kehidupan secara menyeluruh. Sedangkan kecerdasan kinestetik tetap perlu dilatih bagi setiap anak karena kebutuhan tubuh kita untuk bergerak agar tetap sehat. Begitu pula kecerdasan spasial (visual), musik (audio), logika matematika (logis) yang dipelukan sebagai keterampilan kita sehari-hari. Bedanya, beberapa area kecerdasan yang unggul dimiliki anak bisa dilatih lebih banyak agar ia semakin unggul dan berprestasi dalam bidang yang ia tekuni. 



Salam, Nasha

11 Comentarios

  1. Jangankan anak2, ini yang emak2 kadang kecerdasan spasialnya masih nyungsep wkwwk. Apalagi masalah arah dan baca map hahaha. Aku juga mau mengembangkan kecerdasan musikal sih buat anakku. Buat ngelatih otak kanan juga.

    BalasHapus
  2. Setuju,,masing-masing anak memiliki potensi karenanya orang tua sebaiknya fokus pada area kecerdasan yang unggul yang dimiliki anak bisa dilatih lebih banyak agar ia semakin unggul dan berprestasi dalam bidang yang ia tekuni.

    BalasHapus
  3. Setelah kupikir ulang-ulang, memang aku cuma nyangkut di kecerdasan linguistik. Lumayanlah ketimbang gak ada samsek.

    BalasHapus
  4. Wow, baru tahu ternyata ada banyak jenis kecerdasan! Jadi nggak cuma pintar matematika yang penting, ya. Bikin lebih paham cara dukung anak sesuai minatnya!

    BalasHapus
  5. Semua manusia memang sudah dibekali dengan kecerdasannya masing-masing ya kan. Jadi tidak bisa memaksakan anak harus hebat di akadmik (matematika)

    BalasHapus
  6. Berbagai kecerdasan ini kadangkala dimiliki sekaligus oleh anak-anak, makin melengkapi perkembangan mereka dari hari ke hari. Bisa jadi anak yang ketika diukur kecerdasan intelegensia kurang, tapi di hal-hal yang lain dia sangat bagus dan berbakat.

    BalasHapus
  7. Sungguh ini jdi pengingat buat kita semua bahwa kesuksesan anak tidak hanya ditentukan oleh prestasi akademik. Sebagai orang tua, seringkali kita terjebak dalam mengejar nilai yang tinggi. Ini membuka mata kita semua tentang pentingnya mengembangkan berbagai macam kecerdasan pada anak. Mari sama sama kita coba untuk lebih memperhatikan dan memfasilitasi perkembangan kecerdasan sosial, emosional, dan kreativitas anak.

    BalasHapus
  8. Kecerdasan majemuk begini mesti dipahami oleh semua orang tua dan guru. Nggak perlu paham sampai dalam banget, cukup sampai memahami bahwa setiap anak punya kecerdasan (juga minat dan bakat) masing-masing. Jadi nggak perlu memaksa anak harus jago sains semua, nggak pula merendahkan anak karena lemah di matematika, misalnya.

    BalasHapus
  9. Banyak juga ternyata jenis kecerdasan ini, ya. PR juga nih buat saya sebagai orang tua untuk belajar memahami kecerdasan pada anak-anak di rumah dan semoga kelak bisa melatih potensi kecerdasan yang mereka miliki semaksimal mungkin

    BalasHapus
  10. Kecerdasan di bidang apa pun, jika tidak dilandasi dengan imtaq rasanya hambar juga sih..

    BalasHapus
  11. Aku makin percaya kalau kecerdasan bukan datang begitu aja, tapi dipelajari, dilatih, diasah terus supaya semakin "tajam".

    Sintia
    https://www.sintiaastarina.com/

    BalasHapus

Mau nanya atau sharing, bisa disini!