Hal-hal yang Perlu Orang Tua Pahami Ketika Mendampingi Anak Bersekolah

Tahun ajaran baru sudah didepan mata, bahkan beberapa sekolah sudah memulai aktivitas belajar mengajar pada awal Juli ini. Ada orang tua yang baru pertama kali mendampingi anak sekolah, ada pula yang kembali setelah liburan panjang. Semuanya sama, butuh penyesuaian dan persiapan, apalagi bagi kita para orang tua. Sebab tidak ada anak yang siap tanpa orang tua yang lebih dahulu siap dan mendukung persiapan mereka. 



Persiapan Sebelum Sekolah

  • Anak dan Orang Tua yang Siap

Sebelum anak mulai bersekolah, pastikan dulu beberapa aspek kesiapan dari orang tua dan anak, antara lain seperti kondisi mental orang tua dan anak, finansial, kondisi keluarga, dan lingkungan yang mendukung. 

Ada kalanya anak sudah siap untuk memiliki rutinitas di luar rumah, namun orang tua yang belum siap melepaskannya. Sebaliknya, ada orang tua yang sudah ingin menyekolahkan anak, tapi anak masih belm mantap berinteraksi rutin di luar rumah. In hal pertama yang harus dipastikan terlebih dahulu, jangan sampai orang tua memaksakan kehendak pada anak, jangan sampai pula orang tua menghalangi perkembangan anak. Kita sebagai orang tua lah yang perlu lebih banyak menyesuaikan diri. Serta ingat, kesiapan mental setiap anak itu berbeda. Tidak masalah jika anak tetangga sudah bisa bersekolah diusia tiga, sedangkan anak kita yang sudah empat masih mau di rumah saja. 

Aspek selanjutnya adalah kondisi keluarga termasuk finansial didalamnya. Tidak dapat dipungkiri, biaya pendidikan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, berkisar antara 5-10% bahkan sekolah tertentu bisa mematok angka lebih tinggi lagi. Biasanya ada harga ada rupa. Sekolah dengan biaya selangit juga menawarkan fasilitas yang tidak main-main. Kembali lagi pada keluarga kita masing-masing, sekolah seperti apa yang diinginkan yang paling sesuai dengan kondisi keluarga. Bagus menurut mereka tidak serta merta bagus juga untuk kita.

Menyekolahkan anak juga berarti ada tambahan rutinitas baru, baik bagi anak maupun orang-orang di rumah. Pastikan kita semua siap untuk itu. Siap untuk mengantar jemput anak sesuai dengan jadwalnya, siap memenuhi perlengkapan yang kadang diminta oleh sekolah, siap untuk hadir dalam berbagai aktivitas sekolah anak, juga siap untuk berinteraksi dalam lingkaran sekolah anak. Dibandingkan saat kita bersekolah dulu, kegiatan sekolah anak sekarang jauh lebih beragam, yang artinya keterlibatan orang tua juga lebih banyak dibutuhkan. Bagi tugas antara ibu dan ayah, atau anggota keluarga lain, jika ada, dalam memenuhi agenda tersebut. Mungkin anak tidak selalu mengenang saat kita hadir, namun ia akan terus teringat kapan kita tidak hadir.

Ketika anak, juga orang tua, memang sudah siap untuk bersekolah, biasanya anak cenderung menjalaninya dengan lebih sedikit drama. Proses belajar mengajar di sekolah akan dijalani dengan lebih mulus. Anak berangkat sekolah lebih sering dalam keadaan siap bersemangat tanpa dipaksa. Ia bangun dalam kondisi tahu akan berangkat sekolah. Jika memang keadaan itu yang kita inginkan, maka pastikan kesiapan anak, dan kita, untuk mulai bersekolah. 


  • Pemilihan Sekolah 

Jika sudah benar-benar siap untuk memulai tahapan bersekolah, kita bisa lanjut dengan memilih sekolah yang tepat bagi masing-masing anak. Sekali lagi, ini akan berbeda pada tiap anak. Untuk itu ada beberapa pertimbangan penting dalam memilih sekolah yang sesuai dengan anak. Pertama, nilai apa yang keluarga kita inginkan dalam pendidikan anak. Ada sekolah yang mengutamakan pendidikan agama, karakter, akademis, minat bakat, kompetensi, ragam fasilitas; bahkan ini bisa terlihat sejak jenjang TK. Hal ini bisa kita lihat dari profil sekolah yang ada pada laman virtual masing-masing sekolah atau bisa langsung kunjungi ke sekolah tersebut. Pilih yang paling penting dan sesuai bagi keluarga kita masing-masing. 

Setelah kita menyaring pilihan sekolah yang sesuai untuk kebutuhan keluarga, selanjutnya libatkan anak dalam pemilihan sekolah tersebut. Survei sekolah bersama dengan anak. Ajak ia berinteraksi dengan guru. dengan sesama calon murid atau murid yang ada, biarkan ia bermain dan melihat-lihat lingkungan sekolah yang akan menjadi tempat mereka berakivitas nantinya. Jawab pertanyaan anak dengan jelas. Tanggapi kekhawatiran mereka dengan tenang dan solutif, tidak peduli seremeh apapun kedengarannya kekhawatiran mereka tersebut. Hargai pendapat anak, karena mereka lah yang nantinya akan bersekolah. Dengan begini, kita memperbesar kemungkinan anak berangkat sekolah dengan kesadaran dan lebih bertanggung jawab.


  • Komunikasi dengan Anak

Proses mendampingi anak bersekolah berikutnya adalah dengan perlahan melepaskan anak, belajar percaya bahwa mereka bisa. Hal ini tentu tidak serta merta terjadi tanpa bekal yang dipersiapkan sebelumnya. Ajari anak bagaimana melindungi dirinya, apa saja hal berbahaya yang harusnya ia hindari, kepada siapa anak melaporkan perbuatan tidak menyenangkan yang ia terima di sekolah, bagaimana ia harusnya bersikap pada teman, dst. 

Pengajaran ini bisa dimulai dari membiasakan anak membersihkan diri sendiri ketika selesai buang air; membiasakan ia makan sendiri sehingga tidak canggung ketika makan bersama di sekolah; mengajari anak tentang aurat termasuk bagian boleh disentuh dan tidak boleh; bagaimana melampiaskan marah yang tidak menyakiti dan tidak merusak; bagaimana cara bermain bersama termasuk cara meminjam atau cara menolak ketika sedang tidak ingin meminjamkan; bagaimana mengkomunikasikan apa yang ia rasakan dan pikirkan tentang sesuatu  termasuk juga terbuka pada orang tua serta guru tentang apa yang terjadi selama di sekolah.

Maka jauh sebelum melepas anak bersekolah, kita harus sudah memiliki koneksi yang baik dengan anak, menjadi pendengar yang dapat ia percaya, menjadi tempat yang aman baginya bercerita. Sebab, anak yang mau berbicara adalah anak yang merasa didengarkan, merasa bahwa apa yang ia alami sehari-hari adalah kisah yang kita tunggu setiap hari, bahwa apa yang ia rasa dan pikirkan begitu penting untuk kita ketahui. Lagipula, dengan begitu kita juga lebih mudah bekerja sama dengan anak, mereka lebih mau mendengarkan nasihat juga instruksi batasan yang kita buat. 

Terakhir, jangan lupa apresiasi perjuangan anak dalam proses sekolahnya tersebut. Ketika ia memulai sekolah dengan ceria, ketika ia bersedia untuk diantar jemput tanpa ditunggui, ketika ia memiliki teman pertama, ketika ia mau berbagi dengan teman sekelasnya, ketika ia berbaikan dengan teman, ketika hari ini ia berhasil melewati kesulitan yang ia ceritakan kemarin, ketika ia perlahan mampu beradaptasi di lingkungan yang baru. Langkah-langkah yang kita lihat itu adalah lompatan besar yang telah mereka usahakan, hargai.


  • Bangun Disiplin Anak dengan Rutinitas

Tidak ada usia terlalu dini untuk memulai rutinitas dengan disiplin. Jika kita menginginkan anak yang bersekolah dengan kesadarannya sendiri, maka bangunlah kebiasaan dari sebelum mereka mulai bersekolah. Jika ini sekolah pertama, setidaknya bangun kebiasaan berbulan sebelumnya. Jika anak masuk sekolah kembali setelah liburan, setidaknya sediakan waktu satu minggu sebelum sekolah dimulai.

Awali dengan bangun pagi sesuai jam yang kita inginkan agar anak bisa bersekolah dengan tepat waktu. Lalu, rutinkan dengan mandi dan sarapan setelahnya. Kita sendiri juga perlu membiasakan ini, karena ada tambahan aktivitas di pagi hari, jangan sampai justru kitalah yang merusak ritme aktivitas sekolah anak. Jika anak mengalami pergeseran waktu istirahat selama liburan, maka geser kembali agar ia tidak kekurangan waktu tidur karena harus bangun lebih pagi. 

Selain rutinitas yang berkaitan dengan sekolah, sebenarnya kita juga perlu punya rutinitas di rumah. Misalkan dengan bangun untuk sholat subuh, lalu mandi dan sarapan sebelum keluar rumah, tidur setelah isya, dll. Rutinitas ini perlu diberlakukan secara berkelanjutan sehingga akan terbentuk sebagai kebiasaan bagi anak. Meskipun kebanyakan sekolah kini tidak lagi membebankan pekerjaan rumah pada anak, namun kebiasaan belajar di rumah juga perlu untuk diterapkan. Tanpa memaksa anak, tapi bangun kesadaran mereka dengan bertahap. Ajak mereka untuk mengulang kembali apa yang dipelajari di sekolah, apa yang perlu dipersiapkan untuk esok harinya. Jaga semangat anak bahwa bersekolah itu seperti mengisi hari dengan kegiatan seru yang menambah pengetahuan dan pengalaman. Setiap hari bertambah apa yang ia tahu, setiap hari bertambah banyak apa yang ia lakukan. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!