Bersahabat dengan Alam, Turut Menjaga Hutan, sebagai Upaya Kita Konservasi Alam

Akhir Juli ini secara berturut diperingati sebagai Hari Mangrove Sedunia pada tanggal 26, Hari Konservasi Alam Sedunia pada tanggal 28, Hari Harimau Internasional pada tanggal 29, juga ada Hari Penjaga Hutan Sedunia dikhirnya tanggal 31 Juli. Ditengah itu semua ada Hari Persahabatan Internasional yang diperingati pada tanggal 30 Juli. Peringatan hari-hari yang berkaitan dengan alam disekitar hari persahabatan itu seolah menyadarkan kita akan gentingnya rasa persahabatan dengan alam sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.


Kondisi Alam sesuai Hari Peringatan

Istilah konservasi alam harusnya bukan hal asing lagi ditelinga kita. Banyak seruan yang mengajak kita bersama-sama untuk melakukannya demi masa depan planet yang kita tinggali ini. Semakin hari semakin banyak yang bersuar, meski belum mencapai jumlah yang cukup untuk memperjuangkannya. Konservasi alam sendiri diartikan sebagai upaya menjaga dan melestarikan keberlangsungan hidup seluruh makhluk juga sumber daya dalam lingkup yang dimaksud. 

Upaya itu mendapatkan tempat secara simbolis dengan ditetapkannya World Conservation Day pada 23 Juli yang diawali dari India. Banyak negara yang kemudian turut memeriahkan peringatan tersebut, tidak sedikit juga yang menetapkan hasi konservasi alam secara nasional seperti Indosia pada setiap tanggal 10 Agustus. Gerakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran kita dalam melestarikan lingkungan dan sumber daya alam yang sehat, termasuk didalamnya agar menjaga berbagai komponen alam seperti flora, fauna, sumber daya energi, tanah, air, juga udara. 

Selain itu, ada hari lainnya yang turut mendukung paya konservasi alam ini yakni Hari Mangrove, yang dimaksudkan sebagai sarana sosialisasi pada masyarakat untuk menjaga ekosistem mangrove karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan kita di muka bumi; Hari Harimau agar kita semua semakin sadar akan rentannya hidup harimau dalam dunia modern kita saat ini.

Mangrove sebagai bagian dari flora, sedangkan harimau adalah salah satu jenis fauna; ini bisa kita ambil sebagai perwakilan dari alam yang harusnya kita jaga dan lestarikan. Seiring dengan kehidupan manusia kini, keduanya berada dalam kerentanan. Mangrove sebagai tanaman unik yang dapat tumbuh di tanah basah, daerah pesisir yang tahan terhadap fluktasi pasang surut, sangat berguna dalam mencegah abrasi, menyerap karbon hingga lima kali lipat lebih banyak daripada pohon pada umumnya, hingga sebagai habitat hidup berbagai jenis fauna. Sayangnya, area mangrove terus berkurang, sebagian besar karena alih fungsi lahan baik untuk industri maupun penambakan.

Pengalihan fungsi lahan juga berdampak pada terancamnya kehidupan harimau. Dari tiga jenis harimau yang ada di Indonesia yakni harimau jawa, bali, dan sumatera kini hanya tersisa harimau sumatera yang jumlahnya pun terus berkurang hingga tahun ini diperkirakan hanya sekitar 150 ekor tersisa. Deforestasi habitat harimau terus dilakukan hingga semakins sedikit wilayah yang tersisa untuk harimau bisa hidup. Efeknya, keseimbangan ekosistem akan terganggu, sehingga dalam jangka panjang kita juga bisa kehilangan sumber daya untuk bertahan hidup. 

Kondisi memprihatinkan itu memang tidak akan selesai hanya dengan menyediakan satu hari untuk memperingati hidup mereka. Namun, hari peringatan itu dapat dijadikan langkah awal untuk meningkatkan kesadaran kita semua mengenai makhluk-makhluk lain yang menghuni bumi, yang menyeimbangkan dengan peran dan manfaat masing-masing untuk keberlangsungan hidup kita semua. 


Bersahabat dengan Alam

Sebenarnya mengambil istilah bersahabat dengan alam tidak sepenuhnya tepat, karena seolah kita bukan bagian dari alam. Padahal kita, manusia, sesungguhnya tidak berbeda dengan tumbuhan, binatang, atau entitas lain di bumi ini, karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan oleh Sang Pemilik untuk menghuni planet ini secara bersama-sama. Kita semua berperan sama agar keberlangsungan hidup di planet ini bisa sehat dan seimbang. Makna sebagai makhluk paling sempurna, pemimpin, juga penjaga alam harusnya tidak kita salah artikan dengan memiliki kuasa lebih dalam mengambil manfaat sebesar-besarnya dari alam lalu menentukan kehidupan makhluk lain yang ada didalamnya.

Sebab, apa yang kita lakukan sekarang bisa dikatakan demikian. Kita mengeksploitasi alam dengan dalih untuk kepentingan umat manusia. Pertanyaannya, manusia yang mana? Dalam penerapannya, kita seolah merasa berhak untuk menebang pohon, membunuh hewan jika dirasa tidak memberi manfaat sesuai dengan yang kita inginkan, mengeruk sumber daya sebanyak-banyaknya melebihi kebutuhan dari manusia itu sendiri demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi. Padahal kita sama-sama makhluk, memiliki hak, dan ketidak berhak an yang sama dengan makhluk lainnya. Hanya karena akal, tidak menjadikan kita berhak atas hidup makhluk lainnya. Justru ini yang mengherankan, mereka yang tidak berakal saja tahu saatnya berhenti ketika kebutuhan sudah terpenuhi, mengapa kita yang berakal justru tidak tahu batas cukupnya ya?

Tidak sulit menemukan gerakan yang mendukung aksi persahabatan dengan alam, mulai dari menanam pohon yang kini bisa kita lakukan secara online hanya dengan mengirimkan donasi seperti yang dilakukan oleh @mangroveactionproject atau @lingkari.institute dengan menanam pohon mangrove di daerah Kalimantan Tengah.  Bisa juga dengan gerakan bring your own tumblr atau bawa wadah sendiri untuk pembelian makanan dan minuman yang dilakukan oleh komunitas @lyfewithless bahkan gerakan membersihkan sampah di sungai oleh @pandawaragrup. Ada banyak lagi gerakan dan usaha untuk membuktikan persahabatan kita dengan alam, seperti para influencer yang terus mengedukasi tentang pentingnya kelestarian alam, juga para produsen yang mengupayakan produk sekaligu kemasan yang dihasilkan usahanya tidak menambah beban bumi. 

Upaya itu bukannya tidak ada hasil, karena setidaknya sudah bertambah sedikit jumlah pohon yang ada di bumi kita, sudah lebih sedikit sampah yang mencemari lingkungan kita, sudah tidak terlalu cepat pemanasan global yang kita rasakan. Namun sayangnya, perubahan yang dilakuakn prang-orang baik itu masih belum signifikan dengan jumlah pengrusakan masif yang dilakukan sebagi besar orang lainnya. Di tengah gerakan hidup minimalis pakai yang ada, produsen produk fashion tetap menciptakan tren an memproduksi pakaian meski jumlahnya saat ini sudah mencukupi untuk enam generasi mendatang. Pemilahan sampah yang sudah mulai banyak dilakukan, masih ada pengelola yang ujung-ujungnya kembali menyatukan sampah itu di tempat pembuangan akhir. Disaat konservasi terumbu karang terus dilakukan, masih banyak orang yang menormalkan buang sampah di selokan hingga sungai dan lautan. Mungkin kita perlu mundur sejenak untuk melihat pemahaman kita sendiri terhadap alam.

Hari persahabatan memang dimaksudkan untuk menyatukan perbedaan kita sebagai sesama manusia, namun dalam kesempatan ini bisa kita gunakan untuk menyatukan kita sebagai sesama makhluk Tuhan, sebagai sesama entitas yang diperbolehkan menggunakan sumber daya yang ada di bumi tanpa merusaknya. Melihat makhluk hidup lain, seperti binatang dan tumbuhan sebagai makhluk yang juga berhak atas kehidupan di planet ini, berhak juga atas sumber daya tersebut. Jika saja pemahaman dasar kita seperti itu, harusnya tidak ada pengalihan lahan yang mengusir paksa binatang yang hidup di dalamnya, tidak ada penebangan liar atau pembakaran hutan yang dilakukan. Sebab, kita tahu bahwa mereka juga berhak ada di situ.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memulai persahabatan kita dengan alam?

  • Mulai dari pemahaman hingga ke praktik hidup sehari-hari. Pemahaman ini akan menjadi pengalaman yang menakjubkan, karena kita bisa melihat ulat di sayur dengan tidak lagi jijik ataupun kesal, melainkan gembira.
  • Meminimalisir penggunaan bahan yang membahayakan lingkungan, seperti plastik kemasan hingga produk pembersih kimia yang tidak ramah lingkungan.
  • Jangan pernah bosan mengedukasi orang sekitar, baik dengan tindakan ataupun ucapan.
  • Ikut berbagai kegiatan atau gerakan persahabatan dengan alam, ini juga akan menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupa.
  • Prinsip hidup secukupnya dalam hal apapun, entah itu energi yang kita pakai atau barang yang kita punya.
  • Tidak lupa ggerakan praktis menanam pohon dimanapun kita berada, tambah terus jumlah tanamannya.
  • Bawa wadah sendiri kemanapun kita pergi, pelan-pelan mengurangi sampah yang akan kita tumpuk di rumah.

Ada banyak sekali hal yang bisa kita lakukan untuk mulai bersahabat dengan alam, ada banyak juga informasi yang sudah dibagikan di dunia maya sana, tinggal kita mau mencari yang seperti apa. Nah, kalau ada hal lain yang bisa dilakukan, coba share ke teman-teman ya!



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!