Isitlah skincare atau jika dialih bahasakan adalah perawatan kulit, mengacu pada rangkaian kegiatan perawatan kulit yang mendukung kesehatan dan kecantikan kulit. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah produk yang diaplikasikan langsung ke kulit. Kini, semakin banyak orang (termasuk aku) yang paham bahwa kulit, sebagai organ terbesar ditubuh kita, harus dirawat. Perawatannya tidak bisa hanya melalui asupan makanan, namun juga perlu mengaplikasikan sejumlah produk untuk melindungi kulit dari paparan zat berbahaya/ polutan dari luar.
Ini berarti setiap kita, baik laki-laki ataupun perempuan perlu melakukan skincare. Karena skincare adalah mencegah atau mengobati permasalahan kulit, berbeda dengan kosmetik yang bentuknya menutupi kekurangan kulit untuk sementara. Dari fungsi singkatnya itu, bisa diartikan skincare adalah keharusan dan kosmetik bisa jadi pilihan.
Sejarah Skincare
Ternyata, aktivitas perawatan kulit ini sudah ada sejak berabad-abad waktu yang lalu. Sejarah mencatat, perawatan kulit dimulai sejak zaman Mesir Kuno dengan Ratu Cleopatara yang disebut sebagai ikon kecantikan dari zaman tersebut. Diketahui bahwa Cleopatra menggunakan berbagai macam bahan flora dan fauna untuk merawat kulitnya. Mulai dari susu sapi, madu, hingga daun dan kulit pohon. Bahkan juga menggunakan bahan dari alam seperti tanah liat dan arang. Mereka membuat minyak jarak, wijen, dan kelor untuk mengatasi penuaan. Mereka juga membuat sabun berbahan dasar minyak zaitun untuk menjaga kelembaban kulit, bahkan menggunakan garam dari laut mati untuk eksfoliasi.
Tidak jauh berbeda, masyarakat Yunani Kuno juga melakukan perawatan kulit, seperti menggunakan yogurt untuk mengatasi penuaan, juga menggunakan buah zaitun untuk melembabkan dan eksfoliasi. Biasanya mereka mencampurkan susu dan berbagai buah berry untuk perawatan kulit rutin mereka. Sekarang kita pahami, bahwa susu meangandung AHA yang membantu pengelupasan sel kulit mati untuk kulit lebih bersih dan halus.
Di Indonesia sendiri, sejarah tentang perawatan kulit masih sulit ditemui, hanya sebatas penggunaan bahan-bahan alami pada keturunan raja. Bahan-bahan tersebut antara lain rempah-rempah, bunga mawar, sirih, ginseng, dsb, yang digunakan untuk mandi para putri raja.
Seiring dengan penggunaan bahan yang ada disekitar dengan pengolahan seadanya, pertukaran informasi melalui aktifitas perdagangan, juga meningkatkan penggunaan bahan-bahan untuk tujuan tertentu. Di abad pertengahan, madu marak digunakan untuk peremajaan kulit, oatmeal untuk mengobati jerawat, jus lemon untuk mencerahkan, serta mandi susu untuk kulit yang lebih halus dan cerah. Saat itu, beberapa bahan kimia juga digunakan seperti merkuri hingga zinc oxide, lalu diketahui kemudian bahwa bahan-abahn ini menimbulan alergi dan memiliki efek samping yang berbahaya.
Abad ke-20 adalah masa yang dianggap sebagai ledakan perkembangan skincare. Penemuan berbagai macam bahan dan produk hingga terciptanya berbagai merk kecantikan terjadi pada rentang abad itu. Penemuan bedak bayi, sunscreen, hingga teknologi botox dan transfer panas untuk menghilangkan noda ditemukan pada masa ini.
Perkembangan penggunaan bahan untuk perawatan kulit ini tidak terjadi begitu saja. Tidak jarang, dulu banyak penggunaan bahan yang ternyata berbahaya, akibat belum adanya alat dan penelitian yang mumpuni bisa mendekteksi efek buruk dari suatu bahan. Namun, perjalanan panjang itu jugalah yang melahirkan banyak sekali pelajaran dan cabang keilmuan, yang akhirnya bisa kita nikmati sekarang. Seperti spesialisasi kedokteran kulit, hingga bahan-bahan aktif yang mampu meredakan berbagai macam keluhan kulit.
Skincare Saat Ini
Skincare memang sudah ada sejak lama, namun penggunaannya pada masa lalu dan kini berada pada tingkatan yang berbeda. Kebiasaan skincare dulu dianggap bukanlah milik semua orang. Produk skincare dulu mayoritas buatan Amerika, dianggap tidak terjangkau untuk semua kalangan. Tidak semua orang merasa perlu melakukan rutinitas skincare.
Lalu, terjadilah globalisasi. Akses kita terhadap segala hal menjadi mudah, kita bisa membandingkan tampilan dengan lebih banyak orang. Apalagi dengan kehadiran skincare yang lebih ramah kantong buatan Korea. Bukan hanya tren budaya, Korea juga dianggap sebagai tolak ukur munculnya skin care make up yaitu saat kemunculan BB Cream, yang merupakan gabungan dari foundation (kosmetik) dan pelembab (skincare). Selanjutnya, masa pandemi disebut sebagai masa meningkatnya animo masyarakat terhadap perawatan kulit, dengan munculnya banyak keyword yang mengacu pada berbagai bahan dan permasalahan kulit, seperti niacinamide, retinol, kulit kusam, anti aging, dsb.
Aku sendiri mulai rutinitas skincare pada masa pandemi, bukan karena jadi punya waktu untuk melakukannya, tapi bertepatan dengan aku mulai aware dengan diri sendiri, self love katanya. Awal tahun lalu merupakan titik aku memandang diriku dengan sedikit berbeda seperti pernah aku tulis disini. Dulu aku pikir skincare itu cuma rutinitas cewek, jadi heran aja kok cowok sama-sama punya kulit kok gak skincare-an. Ternyata itu anggapan keliru, harusnya cowok juga skincare-an, karena sama-sama punya kulit maka harus dirawat, sama dengan merawat bagian tubuh lainnya.
Tren Produk Sekarang
Kita yang makin sadar tentang pentingnya perawatan kulit, juga makin sadar apa aja yang kulit kita butuhkan dan apa masalah kulit yang mungkin kita hadapi. Banyak yang bilang, kuncinya adalah sunscreen karena itu adalah proteksi yang paling penting untuk melindungi kulit kita. Apalagi sekarang banyak produsen yang menambahkan berbagai macam bahan untuk perawatan ganda dan perlindungan tambahan selain dari efek UV sinar matahari. Salah satunya adalah blue light protection, yang ternyata bukan hanya berasal dari sinar matahari saja namun juga dari layar digital. Tingginya intensitas kita berada didepan layar, juga memburuknya kualitas udara yang dipenuhi polutan membuat kita ingin produk yang bisa melindungi kulit kita dari bahaya zat-zat tersebut.
Tidak lupa, krisis iklim yang sedang berlangsung juga menjadi salah satu isu tren skincare. Merawat kulit tidak berarti membuat kita lupa merawat bumi kan. Sehingga tren dari produk yang sekedar menyelesaikan masalah kulit akan bergeser pada produk yang punya concern ke lingkungan, bisa dengan bahan-bahan alami yang diambil tanpa pengrusakan sampai kemasan dipakai yang bisa menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Refillable). Biasanya produsen akan menambahkan label seperti cruelty free, no animal testing, vegan, ethically resourced, organic, biodegradable, earth friendly, natural ingredients, dll. Ditambah pula, produk alami memiliki efek buruk yang minim sehingga peminatnya terus bertambah.
Pada akhirnya, perawatan kulit sepatutnya dilakukan oleh semua kita yang memiliki kulit tanpa terbatas gender. Sesederhana membersihkan dengan sabun untuk menghilangkan berbagai kotoran dan menggunakan cream sebelum keluar rumah untuk melindungi kulit dari berbagai kotoran dan sinar matahari. Karena merawat kulit adalah bagian dari merawat tubuh, dan merawat tubuh adalah bentuk syukur pada Tuhan dan cinta pada diri kita sendiri.
Salam, Nasha
Referensi:
https://www.inbmedical.com/the-evolving-role-of-skincare
https://narasisejarah.id/potret-perjalanan-kosmetik-dan-budaya-bersolek-dari-masa-ke-masa/
https://www.skinandme.com/the-dose/the-history-of-skincare/
https://www.idntimes.com/life/women/tyas-hanina-1/tren-skincare2022
0 Comentarios
Mau nanya atau sharing, bisa disini!