Ramadan tahun ini aku niatkan untuk benar-benar menjauh dari perkara-perkara duniawi. Tidak bisa sepenuhnya, tapi sudah banyak aku kurangi. Salah satunya adalah media sosial. Niat itu makin kuat dengan kondisi tubuh yang rasanya sudah kewalahan dengan berbagai stimulus yang hadir di dunia maya. Berbagai berita yang mayoritas negatif, banyaknya pendapat tanpa filter, hingga macam-macam pembaharuan kondisi orang yang sebenarnya tidak perlu juga aku tahu. Dengan begitu aku bisa fokus pada apa yang aku targetkan, dan mendapat begitu banyak hal baik di dalamnya. Begini perjalanan ramadan tahun ini di minggu pertamaku!
Sama seperti ramadan tahun lainnya yang ingin dihadapi mayoritas muslin dengan menerapkan berbagai kebiasaan baru, aku juga begitu. Ingin mengkhususkan ramadan ini sebagai bulan yang berbeda dibanding bulan lainnya. Bukan hanya dengan agenda buka bersama, tapi berpuasa dengan kesadaran penuh. Puasa yang tidak hanya menahan haus dan lapar tapi juga yang diusahakan tidak rusak dengan menghindari berbagai aktivitas yang mengurangi amalannya, dengan tidak marah salah satunya. Bulan yang berbeda, bukan hanya karena kita bersuka cita menanti lebaran, tapi karena di sini Tuhan menganugerahkan berbagai keistimewaan, amalan berlipat ganda seperti yang sudah kitia semua pahami.
Syukurnya kita hidup sebagai warga mayoritas, di mana pada bulan ini diberlakukan berbagai penyesuaian seperti jam kerja yang berkurang dibanding biasanya. Suasana di sekitar pun turut memeriahkan ramadan, mulai dari penyesuaian jam buka tutup toko, barang yang dipajang di swalayan, hingga berbagai konten pemasaran; semuanya bertema ramadan. Keren sekali, kan?
Aku juga ingin menjadi bagian dari keistimewaan itu!
Maka, aku niatkan dari jauh hari untuk melakukannya, aku menuliskannya pula sebagai ramadan challenge. Salah satunya adalah menjauh dari media sosial. Setelah beberapa kali melakukan social media detox dan merasakan sendiri dampaknya, aku jadikan ramadan ini sebagai waktu tepat untuk melakukannya lagi. Meskipun saat itu aku sedang gencarnya mempromosikan produk digitalku, karena produk pertamaku adalah worksheet journal ramadan. Meskipun rasanya aku masih butuh untuk membangun akunku agar rencanaku berikutnya lebih lancar. Aku membulatkan tekad melakukannya.
Jadilah, tepat malam setelah tarawih pertama, aku menghapus apps instagram dari ponselku.Kalau kamu belum tahu soal social media detox, aku pernah menuliskannya di sini. Intinya, social media detox berarti kamu tidak menggunakan media sosial selama beberapa waktu. Ibarat membersihkan tubuh, kamu juga membersihkan diri dari banyaknya stimulasi yang ada di sana. Seperti detox yang kita kenal, efek setelahnya kita bisa merasakan tubuh yang lebih bersih, ringan, juga pikiran jernih. Tidak percaya? Coba saja! Beratnya cuma di hari-hari pertama, selanjutnya biasa saja, kok.
Memang sempat ada keraguan, masa aku off instagram sebulan? Masa aku gak ngonten sama sekali? Gimana nasib engagement di akun nanoku itu? Gimana aku tahu perkembangan dunia di luar sana? Itu kan bagian dari pekerjaanku atau apa yang aku lakukan. Nah, kegelisahan itu juga menyertaiku. Tetapi, aku pikir, tidak apalah untuk mundur dulu beberapa langkah, siapa tahu aku jadi bisa lari lebih jauh dengan kecepatan optimal. Kondisi saat ini juga tidak bisa membuatku melakukan apa-apa dengan maksimal. Lebih baik aku manfaatkan bulan ini sebagai waktu aku berlatih fokus, mengurangi multi tasking yang selama ini aku lakoni.
Setelah seminggu melakukannya, aku benar-benar merasa lebih ringan seolah satu beban berkurang. Kadang aku masih membuka threads, khusus untuk menuliskan beberapa potongan pesan kebaikan yang aku dapatkan, serta membaca hal-hal yang berkaitan. Namun, tidak sampai membuatku tenggelam seperti di apps saudaranya. Aku juga berbagi ceria disini, rencananya seminggu sekali. Selain itu, aku masih menggunakan whatsapp untuk berkirim pesan, kadang juga membuka pembaharuan teman. Selain itu, hidupku berjalan baik-baik saja.
Ketergantunganku pada ponsel jauh berkurang. Tanganku tidak otomatis menggenggamnya tiap sebentar. Aku juga tidak terburu-buru ketika ada bunyi notifikasi pemberitahuan.
Di dunia nyata, aku melakukan apa yang menjadi targetku, kebanyakan untuk meningkatkan ibadah. Hal-hal sunnah yang dulu susah sekali diusahakan, seolah tidak sempat. Padahal, prioritasku yang berantakan.
Salah satunya adalah membaca al quran beserta terjemahannya. Di sinilah aku merasakan petualangan baru. Aku belum pernah benar-benar melakukannya secara intens seperti ini. Setiap hari ada hal baru yang aku pahami. Membuatku manggut-manggut sedikit mengerti. Setiap waktu ada hal baru, bertukar-tukar kisah, peringatan, petunjuk, semuanya lengkap ada di sana. Membuatku takjub terpesona. Tidak ada bacaan yang lebih menarik dan indah daripada ini. Tidak mungkin manusia bisa menciptakan keelokan serupa ini, maka pastilah datangnya dari Sang Pencipta Semesta.
Aku tidak merasa percaya diri untuk menceritakan pengalaman spiritual begini, karena merasa tidak pantas sama sekali. Namun izinkan aku menambahkan sedikit lagi, tentang apa yang aku rasakan di atas segala perasaan yang muncul ketika aku membacanya, kenapa sih baru aku lakukan sekarang? Aku gregetan dengan diriku sendiri. Namun, aku tetap bersyukur karena pastilah Allah yang memudahkanku untuk memulainya, untuk bisa melakukannya. Saat aku berniat untuk mendiskusikan hal-hal yang banyak tidak aku pahami, maka Allah jugalah yang nanti akan membukakan jalannya. Allah yang akan membuatku makin memahami dan mengizinkan untuk makin mendekati-Nya.
Salam, Nasha
0 Comentarios
Mau nanya atau sharing, bisa disini!