Minggu Kedua Ramadan, Mulai Terasa Makin Berat Dijalankan

Terasa tidak terasa, hari-hari ramadan terus bergulir hingga sudah dua minggu berlalu. Semangat yang awalnya membara di minggu awal dengan target ini itu, mulai terasa kendornya. Tilawah quran sudah terasa makin berat, berjamaah ke masjid sudah banyak bolong-bolongnya, puasa juga meski sudah terbiasa tapi tidak membuatnya mudah sebab kerongkongan yang terasa makin kering bahkan kadang diselingi batuk juga. Semangat mendekatkan diri dengan ibadah digantikan dengan semangat menghadiri agenda buka bersama hingga menyiapkan hari raya. Begini ceritaku di ramadan minggu kedua!



Ternyata jarak seminggu bisa memberi arti yang berbeda, ya. Karena ramadan minggu lalu rasanya aku benar-benar bersemangat dan optimis, tahun ini ramadanku akan menjadi luar biasa, berbeda dengan ramadan yang lalu-lalu. Eh, memasuki minggu kedua, aku mulai psimis, duh bisa sesuai dengan niat awal tidak, ya? Menjaga konsistensi ibadah ternyata sesusah itu. 

Aku mulai scrolling tak menentu, padahal hanya aplikasi belanja dan berujung melihat-lihat tanpa membeli juga. Banyak menit yang kuhabiskan di sana. Menit-menit yang awalnya luang bisa aku manfaatkan untuk tilawah qur'an sekarang mulai sulit aku dapatkan. Setelah sholat yang biasanya aku usahakan satu dua lembar, sudah hilang sama sekali. Aku jadi kewalahan mengejar target harianku sendiri. Membaca terjemahannya pun kadang aku lewatkan. Sama halnya dengan tarawih, yang awalnya sangat bersemangat untuk melangkahkan kaki agar bisa berjamaah sekarang sudah mulai, di rumah sajalah. Di rumah pun, kualitasnya sama sekali tidak bisa dibanggakan.  Sholat wajib juga tidak jauh berbeda. 

Ternyata, memelihara memang lebih sulit daripada memulai, ya.

    Baca Juga: Ceritaku di Ramadan Minggu Pertama, Menjauh dari Hiruk Pikuk Dunia

Mungkin kita bisa menganggap itulah ujiannya, konsistensi. Bagaimana kita bisa istiqamah dalam hal baik yang kita kerjakan. Bagaimana ketika rasa lelah ataupun bosan datang menghadang. Bagaimana kalau makin banyak godaan yang datang. Apakah kita bisa tetap kuat dengan tenaga yang sudah jauh berkurang?

Mungkin itulah kenapa Allah menetapkannya menjadi sebulan. Karena seminggu tidak cukup untuk menguji keteguhan kita. Seminggu masih terbilang mudah untuk tetap berada dalam semangat baik kita, berbeda dengan sebulan. Setelah seminggu, masih ada tiga minggu lagi yang menjelang, apakah kita masih kuat bertahan?

Sempat ada bisikan menyalahkan, makanya tidak usah sok-sokan! Harusnya tidak perlu berlebihan, sekadarnya saja. Tetapi, masa iya? Masa aku tidak bisa menetapkan target yang tinggi di bulan istimewa? Masa aku hanya boleh sekadarnya saja? Maka, aku niatkan untuk melawan bisikan diriku sendiri itu. Aku tidak boleh kalah!

Berangkat dari kesadaran itulah, aku mulai mencari-cari 'pembenaran' kalau apa yang aku rasakan bukanlah hal asing, bahwa memang masa tengah ramadan itu lebih sulit dibanding awal, lalu aku cari tahu pula bagaimana mengatasinya. Dari pencarianku itu, aku menemukan beberapa kiat yang akan aku lakukan agar bisa menjadikan ramadanku tahun ini benar istimewa:

  • Memperbarui niat, seluruhnya karena Allah

Tarik napas dalam-dalam, ingat lagi kenapa aku memulai semua ini. Bukan karena pengakuan, bukan karena pencapaian, tapi karena Allah. Ini adalah hal benar untuk aku lakukan. Ramadan ini adalah kesempatan dari-Nya yang tidak boleh aku sia-siakan. Tidak bisa hanya sekadaranya, harus semaksimalnya!

  • Disiplin mengatur waktu, menjalankan sesuai jadwal
Jika sebelumnya aku sudah menyusun jadwal ramadan, kini aku perbarui dengan waktu yang paling memungkinkan, yang tidak memberatkan, yang paling mudah untuk aku jalankan. Jadwal ini tentu harus didasarkan pada urutan prioritasku, masing-masing kita berbeda susunannya. Mungkin ada hal-hal yang akan tereliminasi, tidak apa. Dahulukan yang lebih penting, tunda dulu yang kurang penting. Aku pun harus disiplin dengan jadwal itu. 

  • Menjaga lingkungan yang suportif

Jika memungkinkan menjauh dulu dari lingkungan yang memberatkan niat ini. Buatku yang paling berat, selain media sosial yang aplikasinya sudah aku hapus itu, adalah aplikasi perpesanan. Di mana aplikasi seperti Whatsapp kini juga sudah dilengkapi pembaruan status. Tidak usah mencari tahu hal-hal yang ada di luar sana jika tidak ada manfaatnya. Biarlah sepotong berita yang tidak sengaja aku tahu itu menjadi sepotong saja, tidak perlu aku dalami untuk mencari tahu keseluruhannya. Karena seringnya tidak mendatangkan manfaat apa-apa.

  • Menguatkan semangat

Aku akan coba melakukan ini dengan memaksakan diri membaca. Mulai dari terjemahan al-qur'an lengkap dengan asbabun nuzul serta hadits yang berkaitan dengannya hingga ke buku-buku islami ataupun pengembangan diri. Lalu aku juga bisa berdiskusi dengan teman yang rasanya seperjuangan dalam memperbaiki diri. Mereka yang mempelajari ilmu agama dengan lebih mendalam. Biasanya ilmu-ilmu itu bisa mengingatkan kita tentang apa yang benar penting dan berarti sehingga bisa menimbulkan semangat kita lagi. 

  • Berdoa, memohon kepada Allah

Sebab hanya Ia yang memungkinkan semua ini terjadi, Ia-lah yang akan memudahkan, Ia pula yang Maha Membolak-balikkan hati. Maka memohonlah kepada-Nya agar apa yang kita niatkan bisa terwujud, agar Ia mudahkan langkah kita dalam melakukannya, agar Ia izinkan kita untuk makin mendekatkan diri kepada-Nya, Sang Maha Penyayang. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!