
Menerapkan Screen Time untuk Orang Tua, Ketahui Manfaat dan Caranya
Dampak penggunaan smartphone yang belakangan makin negatif menimbulkan banyak keprihatinan dari berbagai pihak. Bahkan tidak sedikit pemerintah negara yang mengatur secara resmi penggunaan ponsel ataupun media sosial pada anak usia tertentu. Di negeri sendiri, sudah banyak pakar yang menyoroti efeknya berupa kesehatan mental pada dewasa dan gangguan perkembangan pada anak. Kita sebagai penggunalah yang harus mengambil kendali. Di dunia digital tempat kita hidup saat ini, larangan pada anak saja tidak lagi cukup, tapi bagaimana kita sebagai orang tua juga orang dewasa di sekitar anak mengendalikan penggunaan gadget di sekitar mereka.
Screen Time
Secara harfiah, screen time kita artikan sebagai waktu yang digunakan untuk menatap layar perangkat elektronik berupa handphone, tablet, laptop, juga televisi. Hampir semua rumah kini memiliki setidaknya satu dari perangkat tersebut. Tidak sedikit pula yang memiliki semuanya. Bahkan satu orang saja bisa memiliki beberapa perangkat sekaligus. Dekade terakhir penggunaan gawai menjadi sangat masif dan tidak terbatas usia. Lansia diperkenalkan agar bisa terhubung dengan keluarga, anak kecil diperkenalkan sehingga bisa sementara teralihkan.
Kini lebih mudah menemukan anak yang duduk diam di depan layar dibanding mereka yang berkeliaran aktif sesuai kodratnya. Di tempat umum, bukan hanya orang dewasa namun batita juga menunduk pada gadget mereka. Bahkan ada pula anak yang belum 1 tahun sudah dikenalkan dengan gadget. Seolah apa yang tejadi di dunia sana jauh lebih penting dari apa yang ada saat ini. Tidak bisa dipungkiri, apa yang ada di genggaman terlihat lebih menarik dibanding kenyataan apa adanya di hadapan kita saat ini. Akan tetapi, kebiasaan itu membawa dampak yang merusak, bukan hanya diri kita tapi juga masa depan anak-anak di sekitar kita.
Pengalihan pikiran yang cepat sesuai dengan cepatnya konten di media sosial, kecemasan juga depresi akibat pikiran yang melayang-layang setelah mengonsumsi konten yang menampilkan hal di luar jangkauan, ataupun diri yang kewalahan setelah terlalu lama tenggelam dalam dunia yang tidak nyata. Akibat selanjutnya adalah penurunan kualitas kesehatan mental dan tingkat konsentrasi hingga menurunkan kualitas hidup kita sendiri. Dampak ini menjadi lebih berbahaya bagi anak. Manusia yang masih belum matang dan rentan dengan ketidak siapan mereka menghadapi dunia luar.
Menanggapi fenomena tersebut, Australia belum lama ini menerapkan batasan usia untuk penggunaan media sosial yakni 16 tahun. Sebelumnya, negara-negara yang mayoristas berada di benua Eropa seperti Finlandia, Belgia, Italia, Prancis, dsb juga telah menerapkan aturan serupa. Swedia juga telah mengembalikan penggunaan alat dan perangkat fisik menggantikan perangkat digital yang beberapa tahun ini murid-murid mereka gunakan. Artinya, memang sudah sepatutnya ada ketentuan yang tegas dalam penggunaan gadget atau batasan screen time khususnya pada anak-anak. Dan tidak ada lagi yang bisa melakukannya jika bukan kita, para orang tua, dewasa yang bertanggung jawab di sekitar mereka.
Menerapkan Batasan Screen Time
Seperti telah sedikit disinggung tentang dampak dari penggunaan gadget dengan tidak tepat di atas, menerapkan batasan screen time diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif tersebut. Tujuannya agar kita bisa mengendalikan teknologi ini untuk memudahkan urusan sesuai dengan niat awalnya, bukan untuk membuat kita terlena pada urusan yang sesungguhnya. Sama seperti negara-negara yang menetapkan aturan pada screen time, tidak ada larangan untuk menggunakan gadget namun harus ada batasannya. Tidak terkecuali pada kita, orang dewasa. Hanya saja, karena sudah dewasa dan dianggap bisa bertanggung jawab pada diri sendiri, kita tidak memerlukan negara untuk melakukan pembatasan tersebut. Kita bisa melakukannya sendiri. Benar, kan?
Jika masih ragu, berikut penjabaran manfaat pembatasan screen time pada orang tua:
- Dapat memaksimalkan waktu bersama yang dimiliki
- Lebih mudah dalam mendidik anak karena perhatian yang tertuju pada mereka
- Lebih mudah untuk mengoreksi perilaku anak dengan koneksi baik yang telah dibangun
- Membiasakan anak pada pola kebiasaan hidup yang lebih baik dengan tahu mana yang lebih penting di sekitar mereka
- Mengasuh anak sesuai fitrahnya, bermain aktif, berinteraksi dengan lingkungan, merasa bosan dan penasaran, mencoba hal-hal baru
- Serta berbagai manfaat positif lainnya
Untuk melakukan pembatasan screen time, berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan
1. Niat
Sebelum memulai apa-apa, biasakan untuk selalu mengembalikan niat ke tempat asalnya. Pada awal mula. Tanyakan pada diri sendiri, apa niat kita saat memegang ponsel di sekitar anak. Memang ada yang ingin dilakukan atau sekedar kebiasaan memegang ponsel dan membuka tutup aplikasi saja? Lalu, tanyakan lagi, apakah itu memang penting dan tidak bisa ditunda? Jika jawabannya ya, maka lakukan dengan menginformasikannya pada anak. Izin sebentar pada mereka, dan tepati janji sesuai waktu yang kita sebutkan. Sebentar ya, lima menit membalas pesan ini. Lalu, lima menit kemudian kembali fokus pada mereka.
Ini juga berlaku saat kita mulai mengenalkan gadget pada mereka, niatnya apa? Apa yang kita harapkan saat memberikan mereka tontonan, misalkan? Saat mengenalkan aplikasi pemutar video seperti youtube atau bahkan media sosial seperti instagram juga tiktok? Apa yang membuat kita memberikan mereka akses pada hal-hal tidak terbatas di luar sana?
2. Atur Batasannya
Batasan ini berlaku untuk waktu, bisa juga untuk tempat. Kapan orang tua bisa leluasa memegang ponsel, menonton, atau scrolling hal-hal tidak penting? Kapan orang tua harus menjauhkan gadgetnya dari jangkauan? Setiap kita sebenarnya sudah tahu jawabannya, tapi jika masih ragu ada waktu yang sangat terus disebut oleh para ahli. Waktu yang penggunaan gadget sepatutnya dilarang yakni saat makan dan menjelang tidur. Bukan hanya buruk untuk dilihat anak, tapi juga buruk bagi kualitas hidup kita seperti mengganggu fokus pikiran juga mengganggu kualitas tidur. Gunakan kedua waktu terbaik tersebut untuk memberikan perhatian penuh pada tubuh juga pada anak, tanpa gangguan. Luangkan setidaknya 15 menit dalam 24 jam yang kita miliki untuk perhatian penuh pada mereka, yang katanya paling kita cinta.
3. Zona Bebas Gadget
Ini anjuran yang cukup menarik, di mana ada kesepakatan antara anggota keluarga dalam menentukan area di dalam rumah yang tidak boleh diisi dengan gadget. Jika berada pada area tersebut, tidak boleh membawa gadget ikut serta. Tidak harus area yang besar dan tertutup, area ini bisa jadi hanya seluas karpet atau pojok baca atau sekadar meja makan. Miliki setidaknya satu area di dalam rumah tanpa screen time. Kita juga bisa mengakali penggunaan gadget dengan tidak mempermudah colokan. Misalkan dengan tidak memasang colokan berdekatan dengan tempat tidur, meja makan, meja belajar anak, ataupun sofa. Ini untuk memperkecil kemungkinan kita terus terhubung dengan gadget bahkan saat dayanya sudah melemah.
4. Alternatif Aktivitas
Besar kemungkinan kita terus menuju ponsel karena tidak ada aktivitas lain lagi. Membaca sudah tidak tampak menarik, meski tumpukan buku sudah ada. Bercengkerama kini lebih banyak dilakukan di dunia maya. Maka, coba buat daftar kegiatan lain yang bisa kita lakukan. Kegiatan-kegiatan baru yang memunculkan rasa penasaran atau yang menuntut konsistensi latihan, apapun itu yang tidak melibatkan perangkat elektronik. Bersama keluarga, cari alternatif kegiatan yang bisa dijadikan sebagai rutinitas bersama, bentuk aktivitas yang bisa dikenang anak-anak kita hingga dewasa. Tidak perlu rumit ataupun mahal, sesederhana lari pagi atau bermain sambung kata juga sudah cukup bagi mereka.
5. Jadilah Teladan
Inilah goal kita pada akhirnya, untuk menjadi teladan yang patut dicontoh oleh anak-anak kita. Tidak bisa kita hanya bicara, melarang-larang mereka sedangkan kita sendiri tidak menerapkan. Maka kita dulu, menjadi pribadi yang kita harapkan pada anak. Kita ingin anak yang mendengarkan dan memperhatikan ketika seseorang berbicara, maka kita dulu yang menyontohkan. Segera letakkan ponsel ketika anak memanggil, tatap wajah ketika mendengar ocehan mereka. Jika ingin anak yang beradab, kita dulu perlu menjaga adab bersama mereka. Anak adalah cermin bagaimana kita bersikap.
Memang tidak mudah menerapkan screen time dengan banyaknya hal yang bisa kita lakukan dengan gadget, tapi kita harus sadar bahwa fenomena ini sangat rentan pada berbagai efek negatif. Kualitas hidup kita menjadi taruhannya, masa depan anak-anak kita yang bisa dalam bahaya. Screen time memang tidak melukai secara langsung, tapi banyak penelitian telah membuktikan korelasinya pada perilaku yang merusak. Ini saat yang tepat untuk kita benar-benar mengambil kendali, memanfaatkan teknologi dengan sadar dan untuk kebaikan.
Salam, Nasha
2 Comentarios
Sekarang malah megang hape jadi kayak pengantar tidur mba :)
BalasHapusnah iya kak. Tidak benar tp banyak yg melakukan ^^"
HapusMau nanya atau sharing, bisa disini!