Januari biasanya menjadi masa yang dipilih kebanyakan orang untuk memulai kebiasaan baik. Setelah merefleksi perjalanan sebelumnya, ada target-target baru yang dipasang atau setidaknya diniatkan untuk bisa dikerjakan pada tahun ini. Daftar itu tentu saja berbeda pada masing-masing kita, namun ada beberapa catatan penting yang perlu kita ingat agar apa yang rencana-rencana indah itu terwujud. Mari kita bahas!
Setelah berkaca pada tahun lalu serta tahun-tahun sebelumnya, ini beberapa hal penting yang perlu kita ingat dalam menjalani hari sepanjang tahun.
1. Kesehatan yang Paling Utama
Seharusnya sudah tidak perlu lagi ada pembahasan mengenai ini, kan? Namun nyatanya, masih banyak dari kita yang mengabaikannya. Bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Sebenarnya tidak sulit untuk menerapkan pola hidup sehat, hanya saja kita perlu memulainya dengan kesadaran penuh akan kondisi diri sendiri. Tidak bisa asal ikut-ikutan. Untuk mencapai kesehatan itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, antara lain asupan nutrisi yang masuk ke tubuh, olahraga, serta kebiasaan sehat.
Contohnya seperti menjaga agar bahan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin, ini artinya kita perlu mengurangi makanan dan minuman kemasan. Lalu olahraga secara bertahap dilakukan dengan mengukur kapasitas diri, lalu lakukan perlahan, dari yang ringan hingga yang lebih berat, dari durasi yang pendek ke durasi yang lebih lama, dari intensitas yang sedikit ke intensitas yang lebih banyak. Selain dua hal tadi, ada yang sering kita lupakan yaitu konsumsi air putih serta istirahat yang cukup. Untuk istirahat, bukan hanya masalah durasi tapi juga waktu dan kualitasnya. Tidur di malam hari dengan nyenyak, harus diusahakan, salah satunya dengan menyingkirkan blue light yang dipancarkan dari telepon genggam. Termasuk anjuran hindari pemicu stres, jangan dianggap lalu.
Mulai dari hal sederhana tadi saja dulu, sebab kesehatan itu memang perlu diperjuangkan. Sebab yang lain bisa saja pergi, tapi tidak dengan tubuh kita sendiri, kan? Dengan semua bagian tubuh itulah kita perlu beraktivitas, baik raga maupun jiwanya. Keduanya saling berkaitan, saling mempengruhi, dan erpengaruh pada kualitas tubuh kita ini.
2. Menyusun Prioritas
Tampak sederhana tapi tidak semua orang benar-benar melakukannya dalam keseharian mereka. Coba kita uraikan. Jika ditanya, kebanyakan kita akan menjawab memprioritaskan diri sendiri diatas orang lain, mengutamakan keluarga dibanding pekerjaan. Benar, kan? Namun, coba ingat kembali, apa yang sudah kita lakukan untuk diri sendiri hari ini? Sesuatu yang akan membuatnya berterima kasih pada kita di kemudian hari.
Sudahkah kita mengucap syukur saat bangun pagi? Sebab itu memberi kedamaian pada jiwa. Sudahkan kita memperhatikan apa yang dimakan dan menyempatkan diri berolahraga? Sebab itu menyenangkan bagi raga. Sudahkan kita tersenyum pada diri sendiri? Bagus sekali jika sudah melakukannya. Namun, jika belum, apa saja yang sudah kita lakukan? bangun tergesa-gesa untuk menyelesaikan pekerjaan? Menggulir konten di media sosial untuk tahu kehidupan orang?
Apa yang kita lakukan itulah yang mewakilkan bagaimana prioritas kita. Dari hari ke hari yang membentuk sebagian hingga keseluruhan kita.
Mungkin banyak dari kita yang otomatis saja melakukan apa yang seharusnya, apa yang diperintahkan, tapi ingat ini diri dan hidup kita. Ambil kendali secara penuh. Tinggalkan mode autopilot, dan mulai sadar dengan sungguh. Diri kita sendiri, itulah prioritas paling atas. Lakukan sesuatu setiap hari yang memang untuk diri sendiri, raga maupun jiwa. Hal yang menyenangkan bagi mereka. Selanjutnya, orang-orang yang dikasihi. Jangan hanya karena mereka akan selalu ada, lalu kita jadi merasa aman menomor sekiankan mereka. Mengabaikan ketika mereka butuh perhatian utuh dengan sibuk melihat layar di depan mata. Lalu, bisa kita teruskan dengan hal-hal di luar itu.
3. Membangun Batasan
Teknologi yang canggih kini memang memungkinkan kita untuk melakukan apa saja di mana saja, kapan saja. Akibatnya batasan yang semula ada semakin kabur. Sampai rumah masih mengurus pekerjaan, sudah lewat jam kerja tapi masih melayani permintaan atasan, bahkan sudah tidak asing rasanya saat liburan tetap saja dihubungi. Padahal, dari dulu orang tua kita juga bekerja, mereka juga pegawai negeri dan swasta, pekerjaannya ya hampir sama saja, tapi kenapa berbeda dengan kita? Itu baru urusan pekerjaan, belum urusan lain-lain, semuanya tampak berkelindan seharian berebut perhatian.
Menurutku memang tidak ada cara, selain kita yang membangun sendiri batasan. Mengurus pekerjaan kantor dari jam berapa sampai jam berapa, mengurus rumah kapan, berhubungan dengan orang kapan, memantengi media sosial kapan, dan yang terpenting, mengurus diri sendiri kapan. Jangan lagi pakai prinsip mengalir seperti air jika tidak ingin hanyut terbawa arus. Kalau bukan kita yang mengambil kendali atas hidup sendiri, maka orang lainlah yang akan melakukannya.
Kita yang paling tahu apa yang kita inginkan dalam hidup ini, mana yang penting dan bagaimana urutannya, kitalah yang membatasi diri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu serta berapa banyak perlu melakukannya.
4. Jangan Lari, Hadapi Diri Sendiri
Istilah menghadapi diri sendiri mungkin terdengar sedikit asing, sebab tampaknya ini merupakan ilmu baru, padahal tidak juga. Hanya istilah dan gaungnya saja yang berbeda. Sejak dulu, orang tahu pentingnya apa yang diinginkan dalam hidup, ingin menjadi seperti apa, mengikuti perkataan siapa. Bedanya pada gaya hidup kita belakangan saja. Adanya media yang memungkinkan kita untuk bisa lebih banyak menyaksikan kehidupan orang, mendengar perkataan orang, hingga seringnya jadi lupa pada suara dan hidup sendiri.
Maka, catatan yang tak kalah penting adalah memperhatikan diri kita sendiri. Sediakan waktu untuk hening sehingga tahu apa saja suara yang berlalu lalang dalam kepala, pikiran seperti apa yang menetap di sana, kekhawatiran hingga rencana bagaimana yang terus hadir. Pelan-pelan pahami apa yang memuaskan diri, apa yang benar-benar berarti., apa yang ingin kita capai, apa tujuan hidup kita ini. Demi apa kita melakukan sesuatu dalam jangka panjang juga pendek. Demi apa?
5. Kumpulan Hari yang Menjadi Tahun
Kita jelas tahu bahwa satu tahun itu hitungannya adalah 365 hari. Artinya tahun terbentuk dari kumpulan hari. Apa yang kita lakukan dari hari ke hari yang akan menentukan seperti apa tahun yang kita jalani. Maka, setiap hari itu berarti.
Tidak bisa kita tiba-tiba memiliki gebrakan di tahun ini tanpa memulainya pada satu hari. Mulai saja hari ini, tidak perlu menunggu senin, tidak perlu menunggu awal bulan, lakukan apa yang kita bisa saat ini. Mulai saja. Jatuh bangkit lagi. Salah perbaiki. Gagal ulang lagi. Ketika tujuannya sudah jelas, maka setiap langkah, tidak peduli sekecil apapun, akan menjadi lebih bermakna.
Catatan di atas, banyak juga yang saya tujukan pada diri sendiri. Agar tidak takut untuk memulai hal baru, apapun itu. Selama tidak bertentangan dengan nilai yang diyakini, tidak mengganggu orang lain, akan saya coba lakukan. Saya juga akan belajar untuk benar-benar paham tujuan yang ingin dicapai dan apa alasan yang melatar belakanginya. Lngkah-langkah yang diawali dengan, demi apa. Berani memilah diantara banyak yang tampaknya penting semua. Setiap hari, saya mencoba menjadi orang yang lebih berani memperjuangkan 'demi apa' milik saya sendiri, dalam agenda hidup sehat dengan berlatih sadar dan berkelanjutan.
Salam, Nasha