Bukan Hanya Berbicara, Kita Juga Perlu Berlatih Mendengarkan
Dengan teknologi yang semakin pesat berkembang kini, setiap kita berkemungkinan memiliki panggung megah dengan suara diperlantang yang bisa menarik lebih banyak penonton untuk menyaksikan. Kita berlomba belajar bagaimana berbicara agar semakin menarik perhatian. Tidak ada batasan siapa yang bisa berbicara, sehingga dunia menjadi semakin banyak suara. Ditengah dunia yang semakin hiruk pikuk ini, sayangnya kita lupa berkomunikasi juga tentang mendengarkan. Untuk bisa lebih memahami, untuk bisa belajar dengan bijak, untuk bisa bersikap dengan lebih tepat, untuk bisa berempati, dan menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Kenapa Mendengarkan Penting?
Dulu, hanya orang-orang tertentu yang bisa naik ke panggung. Hanya orang-orang yang memenuhi kriteria saja yang bisa ditonton. Hanya segelintir saja yang suaranya bisa banyak didengarkan. Namun sekarang, masing-masing kita memiliki media untuk menyampaikan apa yang kita pikirkan, apa yang kita lihat, dan apa saja yang kita kerjakan. Kita bisa lebih mudah bersuara. Tidak peduli profil orangnya, latar belakang, atau apa yang dibicarakan, asal bisa menarik perhatian, suara siapa saja bisa didengar oleh banyak orang. Sehingga tak heran kini semakin banyak orang memoles apa yang ingin ditampilkan menjadi lebih menarik sekaligus lebih terhubung.
Sisi baiknya kita semua punya kesempatan yang hampir sama untuk bisa memiliki penonton juga. Siapa saja bisa berada di atas panggung. Namun sayangnya, kita terlalu fokus untuk berbicara hingga lupa mendengarkan, untuk benar-benar memahami. Akibatnya kita sering terjebak salah paham, misinformasi karena ingin cepat-cepat bereaksi, membalas suara lagi. Hal ini tidak hanya terjadi dimedia sosial, namun terbiasa dilakukan hingga terbawa kekehidupan kita sehari-hari. Semakin kencang menyuarakan, semakin tidak sabar mendengarkan. Padahal, komunikasi itu hanya bisa terjalin jika ada yang berbicara dan ada pula yang mendengarkan.
Seperti yang kita ketahui, komunikasi adalah proses terjadinya pertukaran pesan dari pemberi informasi kepada penerima. Pengertian ini mengesankan bahwa komunikasi didominasi oleh pembicara saja, menitik beratkan pada kemampuan berbicara saja, padahal tidak. Komunikasi juga berarti kemampuan mendengarkan. Pesan sebaik apapun yang ditampilkan dengan sebagus apapun, jika tanpa kemampuan mendengarkan tentu tidak akan tersampaikan juga. Artinya tanpa adanya kemampuan mendengarkan, proses komunikasi tidak akan berjalan lancar.
Mendengarkan sendiri berarti proses menerima, menginterpretasikan, hingga memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara. Meskipun tampaknya mudah, namun mendengarkan membutuhkan usaha dan perhatian yang sungguh. Setidaknya ada lima proses yang kita lalui saat mendengarkan yaitu mendengar, memahami, mengingat, mengevaluasi, serta memberi respon.
Selain bagian dari komunikasi, mendengarkan juga sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan kita, misalkan aspek akademis, profesional, juga personal. Beberapa dampak baik dari memiliki kemampuan mendengar yang mumpuni bisa kita rangkum sebagai berikut:
- Mendapatkan Lebih Banyak Informasi
Dengan memiliki kemampuan mendengarkan kita bisa mengetahui lebih banyak. Jika mendengarkan dengan sungguh-sungguh kita bisa mendapatan informasi secara utuh dari pembicara bahkan berikut dengan informasi yang tersirat, bisa dari ekspresi wajah, intonasi, bahasa tubuh, dan juga emosi yang terpancar. Dalam keseharian, kita yang terbiasa mendengarkan dengan baik akan lebih mudah menyerap informasi baik itu dari percakapan langsung, pembicaraan kelompok, juga media yang kita akses.
- Membantu Lebih Peka
Setelah mendapatkan informasi yang konkrit kita juga bisa terlatih untuk lebih peka atas apa yang orang lain rasakan. Karena kita mendengarkan dengan utuh, bukan hanya kalimat namun juga perasaan yang tertuang dalam kalimat tersebut. Kita bisa memahami secara keseluruhan dengan lebih mendalam. Jika sudah biasa mendengarkan dengan berkesadaran, lebih mudah bagi kita untuk tidak selalu berada dalam sorotan, untuk sabar mendengar cerita orang, untuk lebih sensitif pada apa yang mereka rasakan.
- Meningkatkan Kualitas Hubungan
Dalam hubungan personal, mendengarkan bisa mempererat hubungan persahabatan. Ketika kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh, perasaan kita lebih mudah terhubung dengan orang lain. Ketulusan kita lebih mudah diterima, kita juga lebih bisa berempati dengan apa yang lawan bicara rasakan. Ini berlaku untuk semua hubungan, baik itu hubungan pertemanan, dengan pasangan, juga orang tua dan anak. Bukan hanya anak yang mendengarkan orang tua namun orang tua juga perlu menjadi contoh yang mendengarkan anaknya.
- Meningkatkan Pemikiran Kritis
Kritis bukan hanya terus menerus mempertanyakan, tapi juga mendengarkan dengan tepat. Dengan mendengarkan kita bisa mendapatkan informasi yang relevan, memiliki pemahaman yang mendalam, dengan sudut pandang yang lebih luas. Dengan memahami lebih baik, kita juga lebih mudah dalam mengidentifikasi kekurangan dari permasalahan yang ada.
- Membangun Kesadaran dan Kesabaran
Ketika kita berlatih untuk mendengarkan, murni hanya untuk memahami bukan utuk menjawab, kita juga sedang berlatih untuk fokus hanya disatu kegaitan, berlatih untuk hidup lebih berkesadaran. Saat mendengarkan orang lain berbicara, kita juga sedikit melonggarkan kontrol atas apa yang terjadi, menahan diri untuk tidak segera menginterupsi, yang membuat kita bisa lebih sabar menghadapi sesuatu kedepannya. Untuk seterusnya, hal ini sangat baik untuk kehidupan dan juga kesehatan mental kita.
Latihan Mendengarkan
Dampak-dampak positif dari kemampuan mendengarkan yang baik itu tidak bisa kita dapatkan hanya dengan sekali dua kali mendengarkan. Namun dengan melatihnya secara terus menerus. Memberi perhatian penuh pada lawan bicara, menyimak sekeliling, menyingkirkan distraksi, melatih pikiran untuk fokus pada apa yang sedang kita lakukan.
Kemampuan ini benar-benar perlu mendapat perhatian, dengan semakin riuhnya lingkungan yang kita miliki ditambah dengan kemampuan literasi yang makin rendah. Kita perlu belajar mendengarkan agar tidak mudah termakan sepotong perkataan, tidak mudah berreaksi hanya dari sebagian informasi. Urgensi dari kemampuan mendengar ini bahkan ditetapkan dalam peringatan hari mendengarkan sedunia agar kita semua bisa bertumbuh dengan mempertajam kesadaran terhadap lingkungan sekitar, sadar akan pentingnya suara dalam membentuk pemahaman kita terhadap dunia.
Melatih kemampuan mendengarkan tentu dilakukan dengan mendengarkan, secara sungguh-sunguh, menyimak perkataan dengan fokus dan berkesadaran. Dengan pikiran dan perasaan yang ada ditempat, tidak berkelana kemana-mana. Dengan niat yang memang untuk mendengar dan memahami, bukan untuk membalas perkataan.
Beberapa kiat sederhana yang bisa kita praktikkan untuk berlatih mendengar antara lain adalah:
- Luruskan niat, untuk benar-benar mendengarkan dan memahami apa yang diutarakan dengan lebih baik.
- Fokuskan perhatian, dengarkan dengan seksama dan sepenuh hati
- Singkirkan gangguan, seperti handphone. Letakkan ditempat yang tidak terlihat sehingga pikiran kita tidak mudah terdistraksi, ini juga membuat lawan bicara merasa lebih dihargai.
- Tahan diri untuk tidak menginterupsi, bagaimanapun gregetan rasanya, coba untuk menahan diri. Tarik nafas berulang kali agar kita bisa tetap fokus mendengarkan dulu.
- Berbicara saat waktunya, ketika lawan bicara sudah tampak diam dan menyudahi kalimatnya. Kita bisa mulai dengan mengulangi secara singkat apa yang didengar tadi, untuk memastikan bahwa kitia paham apa yang tadi disampaikan
- Coba bertanya jika ada yang dirasa mengganjal, biasanya ini jadi sesuatu ketika ingin menginterupsi tadi. Tanyakan dengan jelas.
- Memberi pendapat hanya jika dibutuhkan, karena mendengarkan hakikatnya memang agar lawan biacara bisa menyampaikan maksudnya. Kalau ada pertanyaan setelahnya, baru ada kebutuhan jawaban disana.
Hal yang paling sulit dalam mendengar menurut saya adalah bersabar ketika rasanya ingin sekali menginterupsi, ketika lawan bicara mengungkapkan sesuatu lalu kita tiba-tiba teringat hal serupa yang ingin kita sampaikan saat itu juga. Begitu juga ketika kita sulit memahami apa yang dirasakan oleh lawan bicara, subjektifitas kadang membuat kita sulit merasakan apa yang dirasakan orang lain, namun saya percaya bahwa ketulusan akan selalu menemukan jalannya. Meski ada kalanya kita belum mengalami apa yang dihadapi oleh sahabat ketika bercerita, namun mendengarkan saja kadang sudah cukup untuk menunjukkan kepedulian kita. Memberi masukan secukupnya dan tetap mendampingi mereka semampu kita.
Meski tampaknya semakin banyak orang yang ingin berbicara, berbuat baik dengan menyampaikan, menunjukkan kepedulian dengan mengingatkan, sehingga diam mendengarkan seolah tampak tidak lagi menarik untuk dilakukan; kita tetap perlu melakukannya. Kita perlu mendengar. Mendengarkan adalah perbuatan baik. Namun jangan lupa, sama dengan perbuatan baik lainnya, semua harus disesuaikan dengan kapasitas kita. Mendengar dari siapa, mendengar yang mana, mendengar apa perlu kita seleksi karena keterbatasan waktu dan tenaga yang kita punya. Akhirnya, selamat fokus mendengarkan!
Salam, Nasha
0 Comentarios
Mau nanya atau sharing, bisa disini!