Cara Atasi Anak Bapil hingga ISPA dengan Hindari Makanan Pemicu Peradangan
Anak batuk lalu pilek, beberapa hari sembuh terdengar lagi bersin-bersin atau suara batuknya. Rasanya tidak berhenti anak batuk pilek beberapa waktu belakang. Bahkan sebagian anak harus menjalani pengobatan di RS dengan diagnosa ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Kondisi itu diperparah dengan perubahan musim dan polusi yang menjadi-jadi.
Belakangan ini, penyakit silih berganti menyerang, khususnya pada anak-anak yang lebih rentan terdampak akibat imun tubuh yang belum kuat. Tidak parah memang, tapi cukup bisa mengganggu aktivitas mereka. Di kelas, ada saja anak yang izin tidak masuk karena sakit, di lingkungan rumah juga tidak jauh berbeda. Anak kita sendiri bergantian keluhan yang dialami, virus penyakit ini masih betah berputar-putar di sekitar anak-anak kita sepertinya.
Perlu diketahui bahwa keluhan anak berupa batuk dan pilek itu adalah gejala akibat adanya inflamasi atau radang pada saluran napas, yang dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, ataupun iritasi. Alergi merupakan kondisi yang dimiliki masing-masing orang, sedangkan infeksi disebabkan oleh masuknya virus, bakteri, hingga jamur ke tubuh khususnya ke saluran napas. Dapat dikatakan pula, bapil adalah cara tubuh mengeluarkan zat asing yang masuk ke tubuhnya, dalam hal ini adalah virus bakteri. Tubuh secara otomatis akan melawan virus-virus yang datang masuk tanpa diundang tersebut, lalu ia akan menghasilkan lendir agar virus-virus tersebut terbawa arus keluar. Perlawanan tubuh pada virus bakteri yang masuk inilah yang kita kenal dengan batuk, pilek, ataupun demam. Sehigga pada umumnya, tubuh yang kuat akan menang melawan
Pada tingkat selanjutnya, serangan tersebut tidak mampu dikalahkan oleh imun tubuh, sehingga menginfeksi bagian dalam tubuh umumnya pernapasan atau pencernaan, kadang juga bisa keduanya sekaligus. Bakteri yang sampai ke saluran pencernaan akan dikeluarkan melalui kotoran, dalam berbagai macam bentuk dan warnanya, tergantung kerusakan yang diakibatkan oleh si bakteri tadi. Sedangkan pada saluran pernapasan kita mengenal ISPA.
Kemenkes mengklasifikasikan sekitar tiga ratus jenis virus dan bakteri penyebabnya yang sangat umum terjadi pada anak dibawah lima tahun, rata-rata hingga enam kali dalam setahun. Ada beberapa penyakit turunan yang termasuk kedalam ISPA ini yaitu common cold, sinusitis, radang tenggorokan, pneumonia, serta covid19. Kelompok penyakit ISPA ini menduduki sepuluh teratas penyakit paling banyak menyerang di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tingginya kasus ISPA ini mungkin membuat kita menganggap keluhannya sebagai hal yang tidak berbahaya, namun data pada 2011 lalu, dari 100 balita yang meninggal dunia 28 diantaranya disebabkan oleh ISPA, yang lebih spesifiknya adalah pneumonia.
Sehingga, kita perlu tetap waspada namun tidak perlu panik. Catatannya adalah tetap pantau anak, segera bawa ke dokter jika anak mengalami tambahan keluhan seperti napas sesak, napas berbunyi, nyeri dada, demam hingga 39C yang tidak kunjung turun, batuk pilek lebih dari sepuluh hari, hingga anak lesu, muntah-muntah, atau penurunan kesadaran. Karena kondisi diatas menandakan bahwa tubuh anak tidak bisa menyembuhkkan diri sendiri, sehingga perlu bantuan dari luar tubuhnya. Biasanya dokter akan mengidentifikasi penyebabnya lalu memberi pengobatan sesuai dengan penyebab gejala tersebut.
Apa yang bisa kita lakukan selain mengusahakan pengobatan jalur medis adalah merawat diri sendiri dengan mencegah dan meminimalisir penyebab penyakit-penyakit tersebut. Sebagai orang tua, salah satu tugas kitalah membiasakan anak dengan pola hidup sehat sehingga tubuh mereka lebih kuat melawan virus dan bakteri yang hilir mudik di sekitar mereka. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah menghindari makanan-makanan yang dapat melemahkan sistem imun anak dan memicu peradangan pada tubuh mereka.
Baca Juga: Anak Sembuh Batuk Pilek Tanpa Obat Resep, Bisa kok!
Makanan Pemicu Peradangan
Sebagian besar penyebab infeksi pernapasan adalah adalah virus dan bakteri yang masuk ke tubuh mereka, baik melalui udara yang mereka hirup ataupun dari makanan juga tangan yang terkontaminasi. Melalui udara, kita bisa meningkatkan kualitas udara dengan berbagai tanaman di area rumah, atau bisa lebih pasti dengan menggunakan air purifier yang semakin terjangkau belakangan ini.
Dari faktor makanan, ada beberapa catatan penting yang bisa kita aplikasikan berupa kebiasaan makanan sehat yang diterapkan untuk anak, sajian yang sesuai dengan porsi perkembangan mereka, makanan bernutrisi tinggi dari bahan makanan yang sealami mungkin. Hindarkan anak dari makanan-makanan yang hanya memperberat kerja organ atau memicu peradangan tubuh. Apalagi peradangan dalam jangka panjang akan mebahayakan tubuh dengan memicu berbagai penyakit kronis seperti penyakit sendi, jantung, paru, ginjal, diabletes, stroke, dsb.
Beberapa makanan berikut sebaiknya dihindari saat anak terserang penyakit, atau lebih baik lagi terus dikurangi bahkan saat anak sehat sekalipun.
- Makanan Tinggi Gula
Hampir setiap jenis makanan yang kita konsumsi telah mengandung gula di dalamnya. Dari sana saja kebutuhan gula sudah bisa terpenuhi, sehingga menambahkan gula tambahan sangat tidak dianjurkan. Apalagi gula dari proses kimiawi yang mengandung sukrosa, kombinasi glukosa dan fruktosa, tinggi. Seperti gula putih dan sirup jagung, yang banyak terdapat dalam berbagai makanan olahan pabrik.
Proses pencernaan makanan akan meningkatkan kadar gula dalam darah kita, lalu pankreas akan melepaskan insulin untuk mengubah gula tersebut menjadi tenaga. Ini salah sebabnya anak yang setelh makan banyak gula menjadai sangat aktif. Kelebihan gula yang tidak digunakan akan disimpan dalam bentuk tumpukan lemak, yang kemudian memicu sistem imun untuk memunculkan reaksi peradangan. Dalam jangka panjang, peradangan ini dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit kronis sperti diabetes, jantung, stroke, dsb.
Jika menggunakan gula tambahan dirasa terlalu sulit, coba untuk mengurangi jumlahnya sedikit demi sedikit, atau ganti dengan gula alternatif yang lebih ramah tubuh seperti gula aren atau kelapa, madu, ataupun stevia. Dengan alternatif itu, kita bisa menghilangkan opsi gula putih sama sekali.
- Lemak Trans Buatan
Lemak pada dasanya merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh apalagi anak-anak. Namun, lemak trans merupakan hasil olahan dari lemak tak jenuh yang bercampur dengan hidrogen, sehingga bentuknya lebih padat. Margarin adalah salah satu produk yang mengandung lemak trans tinggi. Pada kemasan makanan lemak ini disebut juga minyak terhidrogenasi parsial.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa lemak trans dapat memicu peradangan, menurunkan kadar kolesterol baik dalam darah, dan meningkatkan resiko berbagai penyakit, jantung salah satunya.
Menghindari lemak trans dapat kita lakukan dengan banyak cara. Salah satunya dengan mengganti mentega dan menghindari makanan olahan mentega, misalkan martabak. Untuk konsumsi di rumah, gunakan butter atau ghee. Ganti minyak goreng sawit dengan minyak kelapa, kalau memungkinkan cari yang olahan alami. Diantara banyak pilihan yang kita punya saat ini, pilih yang paling alami, yang kita olah sendiri.
- Makanan Tinggi Olahan
Termasuk karbohidrat olahan, makanan kemasan, juga makanan cepat saji. Karbohidrat pada dasarnya adalah bahan yang baik untuk tubuh sebagai sumber tenaga, namun pengolahan membuat banyak serat didalamnya hilang sehingga tidak ada lagi zat yang akan membantu mengontrol gula darah, meningkatkan rasa kenyang, serta memberi makanan bakteri baik di usus. Apalagi karbohidrat olahan mengandung angka indeks glikemik (GI) yang tinggi yang lebih cepat pula meningkatkan gula darah tubuh. Bukan hanya karbohidrat, daging olahan seperti sosis bahkan dendeng, juga mengakibatkan efek serupa. Makanan cepat saji dan kemasan biasanya sudah kehilangan banyak nutrisi alami dari bahan awalnya, dan justru mengandung bahan berbahaya seperti lemak trans dan gula dalam kadar tinggi.
Membingung kalau memilah diantara pilihan ini, mana sekarang makanan cepat saji dan kemasan itu opsi paling ringkas dan mudah didapatkan. Pelan-pelan dikurangi semampunya. Dari biasanya stock makanan kemasan (UPF) di rumah, jadi alihkan ke buah. Dari biasanya order fast food atau junk food tiga kali seminggu, kurangi jadi sekali seminggu lalu sebulan sekali. Dari biasanya belanja makanan olahan kemasan yang tahan tahunan, jadi cari bahan lain yang lebih ramah cerna ataupun homemade yang cuma tahan kalau disimpan di freezer. Apapun klaim dari produsennya, hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah komposisinya, tiga bahan teratas adalah bahan paling banyak yang terkandung dalam produk tersebut. Itu zat-zat yang akan kita masukkan ke tubuh, be careful.
Ada yang menyebutkan rumusannya dengan sederhana, pilihlah makanan yang tidak jauh berbeda dari bentuk aslinya, artinya yang paling sedikit mengalami proses pengolahan.
- Zat Aditif Buatan (Pengawet, Perasa, Penyedap, Pewarna, Pemanis)
Zat aditif merupakan bahan yang ditambahkan pada makanan untuk berbagai tujuan. Kita ambil contoh mewarnai makanan, bisa dilakukan dengan menambahkan zat aditif alami seperti kunyit untu warna kuning atau buaha bit untuk warna merah, sayangnya banyak produsen yang memilih menggunakan pewarna sintetis. Inilah bentuk yang membahayakan kesehatan anak juga kita karena dapat menyebabkan inflamasi usus. Pada anak, zat ini dapat meningkatkan resiko anak hiperaktif, ADHD, hingga autisme.
Tidak sulit menemukan makanan yang mengandung keseluruhan zat ini sekaligus. Makanan yang terletak di rak yang rendah pada etalase pertokoan, sangat mudah dijangkau anak. Kabar baiknya, lebih banyak orang yang aware, pelaku UMKM yang melihiat gap ini dan menciptakan produk tanpa tambahan zat aditif diatas. ika memilih membeli daripada membuat sendiri, pilihlah makanan dari produsen alternatif yang menghasilkan produk tanpa zat aditif tersebut. Selain itum, tanamkan pada anak bahwa makan itu merupaka proses memasukkan nutrisi ke tubuh untuk kita bisa bisa bertahan hidup, jadi utamakan nutrisinya bukan rasa atau warna menariknya.
Pola makan yang kita biasakan ke anak sekarang akan terbawa oleh mereka hingga dewasa nanti. Nilai-nilai yang kita tanamkan tentang kesehatan dan makanan juga akan menjadi dasar mereka dalam mengkonsumsi produk, Sehingga, biasakan dari rumah untuk melihat makanan sebagai bahan yang perlu dimasukkan ke tubuh untuk bisa tetap beraktivitas, bukan sebagai bahan yang hanya memuaskan nafsu. Kita dulu mungkin belum terpapar edukasi tentang berbagai dampak dari makanan yang kita konsumsi, maka semoga dengan kita tanamkan pada anak sejak mereka kecil ini akan mendi pola yang terus melekat hingga tua nanti.
Salam, Nasha
14 Comentarios
Mantap boskuh
BalasHapusArtikel yang sangat bermanfaat
salam Kenal
BLoggerHub New Member
WHOnesia Sikoji
siaapp kak, salam kenal juga.
Hapussehat dan sukses selalu
Lagi wayahe skr ini ISPA.
BalasHapusDulu ketika sy masih berjibaku di Jakarta, kena ISPA bisa rutin, 8 bulan sekali bisa itu kena ISPA.
Sy jarang ke dokter ketika sakit tapi pas kena ISPA sy nyerah, sampai sy butuh antibiotik buat melawannya.
Tahu sendiri polisi Jakarta kan mengkhawatirkan .. itu dulu ketika tahun 2010-2019. Giman skr ya, makin parah sj sepertinya.
betul kak, saya dulu juga pas di jakarta gak berani keluar tanpa masker dgan asap debu dst itu. sekarang kualitas udara makin memburuk pula. udara yg dihirup seburuk itu gimana kualitas hidupnya ya :''
Hapusjangan remehkan batuk pilek anak deh. perlu perhatian khusus dari orang tua untuk jaga konsumsi anak dan jauhkan dari faktor pencetus yang memperberat penyakit. Kudu telaten dan harus bisa memberikan pengertian pula pada anak
BalasHapuskayanya sepele ya kak, tapi bisa mengganggu pertumbuhan anak. BB nya susah naik, mereka aktivitas juga jd terganggu. apalagi yg bisa kita usahakan kalau bukan jaga apa yg masuk ke badan mereka
HapusGaya hidup dan pola makan sehat adalah awal dari kebugaran tubuh agar tidak rentan dengan penyakit.
BalasHapusbetul kak, semoga kita bisa sama-sama konsisten jaga kesehatan ya
HapusBulan lalu ini anakku hampir sebulan bapil, syukurnya enggak kena ISPA. Kata dokter cuaca sekarang yang kering, berangin panas dan berdebu bisa jadi faktor durasi penyembuhan anak tidak bisa sebentar. Belum lagi makanan anak juga turut ambil bagian dalam proses penyembuhan. Sebisa mungkin memang konsumsi gula dan penyedap masakan dikurangi dan diganti dengan kaldu alami. Salam sehat ❤️
BalasHapusBatuk sih yg saya rasakan sekarang, rasanya menyiksa bgt. Sampai dada kadang kerasa sakit klo batuk.
BalasHapusKalau sudah anak yang batpil emang pusing banget deh... Apalagi kondisi seperti sekarang yang banyak polusi, duh pusing palak mamak, dikit2 batpil... dikit2 batpil... :(
BalasHapusAnak saya juga sudah hampir seminggu sakit. Sebelumnya adiknya juga sakit. Malahan teman-teman sekolahnya juga hampir setengahnya yang sakit. Gejalanya sama, yaitu demam, batuk, dan pilek. Selain kebersihan lingkungan, perihal makanan juga harus lebih diperhatikan, ya. Terutama makanan yang mengandung banyak gula dan fast food, yang merupakan makanan favorit anak-anak.
BalasHapusEmang akhir-akhir anak-anak ku juga sering demam dan kena batuk pilek. Jadi segala kegiatan terhambat demi menjaga kesehatan si Kecil. Yang masih jadi pe-er aku sih mengatur pola makan anak-anak agar mengkonsumsi makanan yang sehat saja. Ini pengen banget tapi begitu syuliittt. Apalagi mengurangi makanan dengan campuran gula.
BalasHapusIni bener banget. Sekarang kudu jaga kesehatan lebih ketat soalnya nasabahku yang balita pada kena ISPA dan masuk Rumah Sakit. Batuk2. bersin2. Gak bisa tidur.
BalasHapusSemoga kita semua diberikan kesehatan
Mau nanya atau sharing, bisa disini!