Mengenal Sekolah dengan Lima Kurikulum Internasional, Mana yang Paling Baik?

Tanpa perlu melihat definisinya, kita semua paham kurikulum merupakan rangkaian program pengajaran yang diberikan pada peserta didik. Kurikulum itulah yang menjadi acuan apa saja pelajaran yang diterima anak, bagaimana meotdenya, serta bagaimana hasilnya nanti. Itulah kenapa kita sebagai orang tua murid cukup concern dengan kurikulum tersebut. Beuntungnya pada dekade belakangan, bukan hanya kurikulum yang mengikut pada Kemdikbud yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia, berbagai kurikulum punya negara lain juga bisa kita nikmati tanpa perlu terbang jauh ke negara asalnya. Jumlah sekolah dengan kurikulum internasional melesat begitu cepat seiring dengan peningkatan jumlah peminatnya.

Ilustrated Picture by Pexels Edited by Canva

Kurikulum internasional bisa menjadi jawaban untuk mereka yang menginginkan lebih dari apa yang bisa kurikulum nasional tawarkan. Pengantar bahasa asing misalnya. Bisa juga pengakuan internasional yang bisa meningkatkan daya saing global nantinya. Lengkap dengan lingkungan yang lebih menunjang, fasilitas sekolah yan lengkap, dan tenaga pendidikan yang berkualitas. Setidaknya ada lima kurikulum internasional yang mendominasi sekolah-sekolah di Indonesia, antara lain Cambridge International, International Baccalaureate (IB), Montessori, International Primary Curriculum (IPC), dan Singaporean Primary School Curriculum (SPC). Berikut penjelasan mengenai masing-masing kurikulum tersebut dan contoh sekolah dasar yang menggunakannya khusus wilayah Yogya!


1. Cambridge Curriculum

Bisa dibilang kurikulum Cambridge ini yang paling populer diaplikasikan dalam sekolah di Indonesia, juga yang berusia sudah cukup lama. Kurikulum yang disupervisi langsung oleh lembaga dibawah naungan Cambridge University, Inggris, ini telah dipakai oleh sekolah-sekolah di lebih dari 160 negara, dengan lima jenjang pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia lima hingga sembilan belas tahun. Mulai dari cambridge primary untuk siswa usia 5-11 tahun, lalu cambridge lower secondary untuk usia 11-14 tahun, lanjut ke cambridge advance bagi siswa usia 14-16 tahun, hingga berakhir pada jenjang cambridge advance untuk usia 16-19 tahun. Semua ini disebut sebagai cambridge pathway yang dapat diaplikasikan di Indonesia untuk sekolah TK hingga SMA.

Program pendidikan dirancang berdasarkan pada ketelitian akademis dan merefleksikan penelitian pendidikan terkini. Kurikulum ini diharapkan mampu mengembangkan lulusan yang percaya diri, bertanggung jawab, reflektif, inovatif, dan aktif dengan harapan berhasl di dunia modern nantinya. Penyusunan pelajaran dimulai dengan pertanyaan apa yang anak perlu pelajari, lalu dibuatlah ujian dan materi sedemikian rupa untuk menjawab tantangan tersebut. Di dalam kelas cambridge, anak bukan hanya memahami apa yang mereka pelajari tapi juga dituntut untuk berpikir kritis, lalu membangun argumen, berani mengungkapkannya, dan mengevaluasi bukti-bukti agar dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari tersebut. Siswa juga dibiasakan untuk bekerja secara mandiri sekaligus mampu bekerja sama dengan orang lain.

Dari penjelasan tersebut, kurikulum ini cocok untuk anak yang menyukai bahasa inggris sebagai bahasa pengantar utama. Anak yang ingin memiliki kemampuan berkomunikasi secara global karena akan dilatih untuk berpikir kritis, berargumen dengan bukti, serta mempresentasikan hasil pemikiran tersebut. Sistem pendidikannya pun akan terus disesuaikan dengan penelitian terkini yang memperbesar kemungkinan anak dapat melanjutkan sekolah ke universitas terbaik dunia. 

Contoh Sekolah: Olifant School


2. International Baccalaureate

Kurikulum IB ini diciptakan oleh lembaga asal Jenewa, Swiss pada tahun 1960-an dengan mulanya untuk siswa usia 16-19 tahun. Seiring dengan keberhasilan pendidikannya, program terus dikembangkan untuk siswa berbagai usia hingga kini telah mendapat pengakuan global , dan memiliki orientasi agar siswanya mampu bersaing untuk melanjutkan pendidikan di universits top dunia. Asosiasi untuk penerapan kurikulum IB tersebar diseluruh dunia, untuk memudahkan sekolah-sekolah mendapat izin legal dalam menerapkan kurikulum, serta sebagai fasilitas bagi sekolah terutama guru dengan dialog dan pelatihan agar mampu memberi pengajaran yang sesuai standar kurikulum. Sistem pendidikan dalam kurikulum IB dirancang bukan hanya agar siswa mampu berpikir cerdas dan kreatif namun juga agar siswa memiliki kemampuan adaptasi yang baik, mampu berempati, serta memiliki rasa solidaritas dan peduli dengan lingkungan sekitarnya. 

Ada empat jenjang pendidikan yang terangkai dalam kurikulum IB antara lain Primary Years Programme (PYP) untuk anak usia 3-12 tahun, dengan fokusnya untuk membentuk anak yang aktif dan peduli serta suka belajar. Kerangka pengajarannya terdiri atas lima faktor yaitu pengetahuan, konsep, keterampilan, perilaku, dan tindakan; yang dituangkan dalam enam disiplin ilmu  yaitu bahasa, sosial, matematika, seni, sains, serta pendidikan kepribadian, sosial, dan jasmani. Selanjutnya jenjang Middle Years Programme (MYP) untuk anak 11-14 tahun, dimana anak diajak untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Ada delapan kelompok mata pelajaran pada tahap ini yaitu bahasa dan sastra, bahasa asing, pribadi dan masyarakat, sains dan matematika, seni, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta desain. Terakhir ada Diploma Programme (DP) untuk anak 15-18 tahun, serta Career Related Proramme (CP) untuk usia 15-18 tahun, yang merupakan jalur persiapan anak menuju universitas dan dunia kerja. Untuk itu disiapkan tiga kerangka inti pelajaran yaitu Theory of Knowledge (TOK), Creativity, Action, and Service (CAS), dan esai. Dalam praktiknya, murid diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang diinginkan dalam kelompok pelajaran di masing-masing jenjang.

Kurikulum ini diperuntukkan bagi anak yang mampu mengikuti standar pendidikan IB karena jauh berbeda dengan kurikulum nasional. Jika kurikulum nasional fokus pada pengetahuan, kurikulum IB fokus pada pemahaman konsep anak keseluruhan. Proses dibanding hasil. Tidak ada ujian untuk murid hingga jenjang diploma. Dengan jumlahnya yang belum terlalu banyak, biaya untuk sekolah IB juga lebih tinggi, biasanya juga lebih tinggi daripada sekolah dengan kurikulum Cambridge. Sebaiknya sebelum memulai kurikulum IB, kita perlu memastikan kesiapan dan kemampuan dalam mengikutinya hingga jenjang akhir.

Contoh Sekolah: Yogyakarta International School (YIS)


3. SPC (Singaporean Primary School Curriculum)

Sesuai dengan namanya, kurikulum ini berasal dari Singapura. Fokus pendidikannya pada tiga aspek dasar yaitu subjek pelajaran, wawasan pengetahuan, dan pengembangan karakter. Anak dilatih agar bisa siap dan bersaing secara global khususnya dalam bahasa inggris, teknologi, juga bahasa mandarin. Dengan fleksibilitas pelajaran yang disesuaikan dengan minat bakat anak, diharapkan nantinya mereka mampu mengekspresikan diri sesuai dengan potensi yang mereka miliki. 

Pendidikan dasar di Singapura direkomendasikan untuk anak usia 7-12 tahun. Selama jenjang pendidikan dasar, peserta didik akan mempelajari bahasa inggis, matematika, sains, seni, musik, pendidikan jasmani, pendidikan sosial dan karakter bermasyarakat, serta mother tongue language (MTL). Pada tahap 4 anak akan mengerjakan test yang menentukan materi pilihan untuk dijalani pada Primary 5 dan Primary 6. Bukan hanya ujian, siswa juga perlu aktif belejar dan terlibat dalam project individu dan kelompok.

Dengan keunggulannya tersebut, kurikulum ini diperuntukkan bagi anak yang ingin mengembangkan minat bakatnya untuk bersaing secara internasional. Apalagi dengan tawaran pembelajaran bahasa mandarin yang semakin umum digunakan. Sayangnya pilihan sekolah SPC masih sangat terbatas, sejauh ini hanya ada di Jakarta dan Surabaya. Dengan begitu ditambah fasilitas penunjangnya, otomatis biaya yang ditawarkan pun lebih tinggi. 

Contoh: Singapore International School, Jakarta


4. IPC (International Primary Curriculum)

Kurikulum IPC dikembangkan oleh organisasi kurikulum internasional sekitar tahun 1990-an asal negara Inggris. Hingga saat ini sudah 90 negara yang sudah mengaplikasikan kurikulum IPC dalam pelajaran sekolahnya. Sesuai dengan namanya, kurikulum ini awalnya  fokus pada pendidikan anak usia 5-11 tahun. Perkembangan pada kurikulum ini terus dilakukan hingga kini ada tiga jenjang dalam sistemnya yaitu International Early Years Curriculum (IEYC) untuk anak usia 2-5 tahun, International Primary Curriculum (IPC) untuk usia 5-11 tahun, dan International Middle Years Curriculum (IMYC) untuk anak usia 11-14 tahun.  

Sistem pendidikannya menekankan pada penelitian ilmiah yang dikembangkan secara keseluruhan agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan menjadi pelajar yang gigih. Rangkaian pendidikan disusun untuk menyiapkan peserta didik yang berkompetensi global, peduli pada sosial, dan memiliki motivasi tinggi untuk berkontribusi pada dunia sekitar. Praktik pengajaran dilakukan dengan bertujuan pada subject goals, yang mencakup pengetahuan tentang language arts, mathematics, science, ICT, technology, history, geography, music, physical education, art, dan society; personal goals, adalah pembelajaran yang fokus pada pembentukan karakter siswa yang sesuai dengan kebutuhan terkini seperti kritis, ketahanan, moralitas, tangguh, mampu beradaptasi dan bekerja sama; serta international goals yang melatih siswa dalam melihat apa yang terjadi di sekitar, bagaimana meresponnya, sehingga membentuk pola pikir global. 

Berdasarkan penjelasan tersebut, kurikulum IPC diperuntukkan bagi anak yang dipersiapkan untuk persaingan dunia global. Bukan hanya pada pengetahuannya saja namun juga pada karakternya. Anak dipacu untuk mencari tahu dalam berbagai aktivitas yang dikembangkan. Metode pelajarannya tematik komprehensif dimana anak akan mempelajari subjek-subjek yang berkaitan dalam satu tema. Beberapa sekolah menerapkan kurikulum ini bersamaan dengan kurikulum internasional lainnya. 

Contoh Sekolah IPC : SD Tumbuh 4, Yogya


5. Montessori Curriculum

Kurikulum ini diciptakan oleh Maria Montessori, seorang pendidik berkebangsaan Italia. Belakangan metode ini sangat populer karena mulai banyak dikembangkan terutama untuk pengasuhan anak usia dini. Kurikulum ini memang menekankan pada anak sebagai pusat utama kegiatan pendidikan, memberikan mereka pilihan untuk mempelajari subjek yang diinginkan, dan pembentukan karakter anak yang berperilaku baik. Karena itulah, penerapan kurikulum montessori cenderung pada pendidikan dasar, setingkat Paud-TK-SD. 

Dalam kegiatannya, sekolah montessori memiliki banyak alat peraga yang dikenal dengan aparatus montessori. Anak diperlakukan sebagai individu tunggal bukan sekedar anak-anak yang tidak punya kuasa. Mereka diberi pilihan, diberi alat, diberi kesempatan, kepercayaan, tanggung jawab. Metode-metode praktikalnya juga terbukti cukup ampuh, salah satunya seperti metode membaca tanpa mengeja. Anak-anak diajakrkan dengan bantuan alat yang konkret bukan dalam bentuk hafalan yang abstrak, fokus pengajarannya adalah pemahaman konsep dan perilaku bijaksana anak. Karena memang penekanannya pada perilaku, maka anak-anak lulusan sekola montessor biasanya memiliki kontrol diri yang lebih baik dan pola pikir yang lebih luas. Dengan begitu anak diharapkan siap untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan memiliki sikap teguh untuk belajar.

Metode ini cocok bagi semua anak-anak, karena pusat kegiatannya adalah anak itu sendiri. Tidak msalah dengan minat bakat yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Cara belajar akan mengikuti anak tersebut, begitupun dengan hal yang ingin dipelajari. Bebas terbatas, kebebasan yang tidak bersinggungan dengan orang lain. Dengan begitu, akan sulit bagi anak montessori untuk berpindah ke kurikulum lain yang mengharuskannya mengikuti ketentuan baku sekolah. Karena dpilihannya masih terbatas dan alat-alat peraga khusus, maka sekolah montessori biasanya dipatok dengan harga cukup tinggi. Hebatnya, kaidah montessori tidak hanya bisa kita dapatkan dari sekolah, namun juga di rumah. Ada banyak filosofi-filosofi montessori yang bisa kita aplikasikan dalam mengasuh anak dan bermai bersama mereka di rumah.

Contoh: Bambini School, Jogja



Ilustrated Picture

Pesatnya teknologi dan arus informasi menuntut kita untuk berpikir lebih luas, dan meningatkan daya saing bukan hanya untuk lingkup dalam negeri namun untuk lingkup internasional. Kesadaran itulah mungkin yang menjadi landasan kita melirik kurikulum internasional sebagai pilihan untuk buah hati tercinta. Agar kedepannya mereka meiliki bekal yang cukup saat terjun ke masyarakat. Sehingga sekolah-sekolah internasional yang semakin menjamur juga memiliki peminat yang semakin meningkat dari hari ke hari. 

Memahami masing-masing keunggulan kurikulum sekolah memang hal penting sebelum kita mendaftarakan anak ke sekolah tersebut, untuk memastikan kesesuaian antara kurikulum yang diterapkan sekolah dengan kebutuhan anak dan keluarga. Kurikulum internasional hingga saat ini memang menjadi jalur alternatif yang dipercaya dapat memuluskan masa depan anak. Lingkungan yang lebih baik, sistem pendidikan yang lebih teruji, fasilitas yang menunjang, kebiasaan-kebiasaan yang diadaptasi dari negara-negara maju, serta hubungan dengan berbagai universitas dan perusahaan dunia, akan menunjang pembentukan pribadi anak anak agar lebih siap bersaing secara global. 

Namun perlu diingat bahwa kurikulum ataupun sekolah bukan satu-satunya faktor yang menentukan masa depan mereka. Bahasa Inggris bisa dilatih mandiri. Berpikir kritis dan terbuka bisa dilatih di rumah. Kreativitas bisa diasah dimana saja. Potensi anak, minat dan bakat bisa dikembangkan diluar sekolah. Karakter anak menurut dari apa yang ia lihat, teladan orang tua misalkan. Sehingga tidak perlu berkecil hati jika belum memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak di kurikulum internasional pilihan. Bisa jadi anggarannya belum mencukupi, atau bisa jadi pilihan sekolah belum tersedia di area tempat tinggal, atau memang merasa tidak cocok saja value yang ditawarkan sekolah dengan value yang kita yakini. Masih banyak jalur lain yang bisa diupayakan. Setiap anak itu istimewa, tergantung bagaimana kita melihatnya. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!