Bagi orang tua dengan anak yang akan memasuki usia sekolah, mungkin Ramadhan tahun ini punya cukup banyak pertimbangan. Anak ini kayanya belum terlalu paham tentang Ramadhan, belum ada pengajaran dari guru, belum ada ritual yang dilakukan, masih terlalu kecil, tapi rasa-rasanya mereka sudah punya keingintahuan yang tinggi, pada apa yang kita persiapkan, apa yang kita lakukan, saat Ramadhan nanti, mungkin sudah cukup umur untuk coba ibadah Ramadhn nanti. Kembimbangan yang membuat kita bingung mau memutuskan langkah apa yang sebaiknya kita ambil untuk anak-anak yang hampir semua yang mereka tahu berasal dari orang tua.
Nah, berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan.
- Menjelaskan
Sadari saat menjadi orang tua, kita adalah sumber informasi utama anak. Mereka memiliki rasa penasaran yang tinggi, sudah bisa menyimak banyak hal, akan bertanya apa saja e ntah itu masuk akal atau tidak bagi kita, dan akan mengejar sampai mereka mengerti. Begitu memang cara mereka belajar, lagipula lebih baik bertanya pada kita yang jelas punya filter sendiri daripada dapat informasi dari luar yang tidak jelas kredibilitasnya kan.
Beri tahu anak dari dasar tentang Allah, tidak usah susah tentang alam semesta, dari tubuh sendiri dulu saja. Tentang Sang Pencipta, bawa anak dalam dialog dan permainan yang menyenangkan, buat anak tertarik, gembira, baru masuk ke penjelasan. Tentang tahun hijriah, nama-nama bulan dalam tahun hijriah, dimana salah satunya adalah Bulan Ramadhan. Ceritakan tentang keistimewaan bulan ini, apa yang Allah perintahkan, apa yang bisa kita lakukan di bulan ini, bagaimana kita memanfaatkannya, jelaskan satu persatu, tapi sebelumnya pelajari dulu ya.
Siapkan bahan-bahan, rencanakan penjelasannya bagaimana jadi kita juga lebih siap atas kemungkinan pertanyaan lanjutan. Medianya bisa macam-macam, tidak perlu terlalu serius, bisa dari cerita, nyanyian, saat jalan-jalan, alat peraga. Bisa juga dengan buku bacaan, worksheet, atau dengan video interaktif, mana yang anak lebih suka dan kita lebih nyaman untuk pilihan medianya.
- Menjadi Contoh
Ingat lagi bahwa children see children do. Setelah dijelaskan teori dan cerita panjang lebar banyak banget itu, masuk lah ke praktiknya. Ini bagian lebih pentingnya, karena anak mungkin tidak mendengar, atau kurang memahami apa yang kita jelaskan, tapi anak akan selalu melihat. Bisa jadi anak menyambungkan sendiri penjelasan kita sebelumnya dengan apa yang kita lakukan, bisa jadi anak kebingungan lalu punya pertanyaan lanjutan, bisa jadi anak hanya akan meniru yang kita kerjakan.
Jadi kerjakan saja dan perlihatkan pada anak. Ya sholat, ya puasa, ya mengaji, ya menahan diri, serta sahur, berbuka, sedekah, dan masih banyak lagi.
Perlihatkan juga kenikmatan semua ibadah itu, jangan terus-terusan menampakkan letihnya puasa tidak bisa makan minum, tapi juga perlihatkan dengan ekspresif bagaimana nikmatnya berbuka puasa, bagaimana kita dengan senang hati sholat taraweh yang belasan rakaat itu, bagaimana kita sangat menanti dan sangat menikmati ibadah ramadhan ini. Biarkan anak melihat dan mencontoh seperti apa 'seharusnya' kita di Ramadhan ini.
- Mengajak
Ajak anak, beri mereka kesempatan untuk ikut merasakan Ramadhan, coba untuk percaya bahwa mereka bisa melakukan. Meski rasanya sulit anak seusia mereka bisa sholat tarawih, tidak ada salahnya mengajak. Di tengah sholat, kalau mereka memutuskan hanya akan duduk menunggu, biarkan. Ajak juga anak berpuasa, hormati keputusannya untuk mencoba sejauh yang mereka rasa bisa. Meski kasihan haus dan lapar, ajak saja semampu mereka. Bangunkan mereka sahur, semampu mereka. Persiapkan mereka sejak malam hari. Sounding dari sebelum tidur.
Mengajak anak bisa dilakukan dengan bertanya, boleh bujukan, namun bukan dengan menekan apalagi memaksa. Jika kita ingin anak memiliki kesadaran sendiri untuk beribadah, menikmati prosesnya itu, dan menyentuh hingga hati, maka jangan mulai dengan menakutkan pada anak usia belum matang itu. Anak cenderung akan meniru apa yang kita lakukan kok.Kalau anak penasaran, tertarik, dan melihat itu sebagai hal menyenangkan mereka akan mau mencoba lakukan.
Kita tidak akan tahu pasti usia berapa anak sanggup berpuasa, dan usia ini akan berbeda-beda disetiap anak. Melansir dari laman emc health care anak bisa dikenalkan pada Ramadhan sejak usia 3 tahun, namun praktiknya bisa dilakukan saat otak anak lebih berkembang dan ia bisa lebih mengenal dan mengendalikan dirinya. Mungkin diawali dari usia 4 tahun anak bisa mulai berpuasa, dengan saran sekitar 4 jam saja agar pertumbuhannya tidak terganggu. Diantara waktu itu, biarkan anak belajar mengenal dirinya, merasakan haus dan lapar, dan hargai niat mereka, usaha yang mereka lakukan, sambil tetap memperhatikan tanda-tanda pada tubuh anak. Durasi berpuasa ini bisa berangsur meningkat seiring dengan pertambahan usia anak nantinya. Hingga saat usia wajibnya kelak, biasanya paling cepat 10 tahun bagi perempuan atau 12 tahun untuk laki-laki, anak sudah terbiasa dan mampu menunaikannya.
Maka diusia belum sekolah dibawah 7 tahun begini, saat otak anak masih berpikir dengan cara yang konkrit dan praktis, yang bisa kita lakukan adalah mengajarkan dengan cara sederhana yang dekat dengan hari-harinya. Bisa dengan berbagai alat yang menambah suka citanya, ada yang menghias rumah, ada yang punya ritual keluarga, ada yang menambahkan kegiatan tematik Ramadhan, serta berbagai kegiatan lain yang menyenangkan bagi anak. Tujuannya agar anak-anak ini punya kenangan yang menggembirakan terkait Ramadhan. Kalaupun tidak ada aktivitas khusus, ajak saja anak ikut serta, menjadi bagian dari apa yang kita lakukan, ini juga membuat anak merasa lebih berharga. Semua proses keikutsertaan anak dalam suasana Ramadhan ini dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk anak belajar dan berlatih, yuk manfaatkan! 💙
0 Comentarios
Mau nanya atau sharing, bisa disini!